December 27, 2017

Karya Pertamaku

Karya pertamaku akhirnya lahir. Hari ini ia siap didistribusikan ke perpustakaan fakultas dan dosen pembimbing sebagai syarat yudisium. Karya ini sudah kukandung sejak Februari 2017 dan resmi lahir ke dunia pada 22 Desember 2017. Semoga bayiku ini panjang umur dan sehat selalu. Proses mengandung si bayi, seingatku, bukalah proses yang menyenangkan. Sulit menemukan kesenangan di antara tuntutan untuk cari jurnal kesana kemari, turun lapangan, uji coba, penelitian, hingga bab lima yang masih harus diobrak-abrik. Pada awal proses penulisan, tidak menyangka akan menulis bayi jenis begini. Tadinya aku punya rencana sendiri yang sudah kurancang bagus-bagus. Aku siap untuk bahagia dengan rencanaku itu. Namun, apa daya, kata dosen pembimbing, lebih baik gunakan sebagian rencananya, yang akhirnya membuat bunda mengandung tidak se-menyenangkan itu. 

August 27, 2017

Senang Karena Sirkus Pohon Bang Andrea

Layar televisi menyala-nyala, di tayangan, ada seorang pria namanya Andrea Hirata dengan rambut ikal, topi khas para seniman dan yang paling membuahkan binar di mata adalah tumpukan buku yang ada di hadapan pria itu. Senyum sumringah super lebar ikut terkembang di wajah seorang penonton yang tadinya sedang fokus mengolah data untuk bab 4 skripsinya. Tiba-tiba semua kegiatan pengolahan data berhenti. Mata si penonton itu berkilat-kilat dan sekonyong-konyongnya ia menyambar ponsel pintarnya, mencari-cari di mana bisa mendapatkan salah satu dari tumpukan buku yang berbinar-binar itu. Yak, dapat! Pesan, bayar, tunggu. Keesokan harinya, bayi mungil yang wangi itu pun datang dengan dibungkus sangat rapi dan penuh selotip.

August 15, 2017

Merdeka Atau Mati?

Ada sebuah negara yang merayakan kemerdekaannya untuk yang ke-72 tahun. Penduduknya bersorak-sorai, meriah, gegap gempita, tak lebih dan tak kurang dari tahun-tahun sebelumnya. Anak-anak sekolahan dan orang-orang di perkampungan, berduyun-duyun merepotkan diri dengan berbagai lomba yang diselenggarakan sejak tujuh hari sebelum hari ulang tahun si negara itu. Salah seorang penduduk, seorang gadis usia 21 tahun 6 bulan yang sedang mengerjakan skripsi, berada dengan teman-temannya yang juga seperjuangan. Mereka cuman pergi makan siang di sore hari, lalu menempuh perjalanan 30 menitan. Selama perjalanan itu, pembicaraan tentang kemerdekaan tiba-tiba tersangkut dalam salah satu topik. 

July 24, 2017

Servis Sepeda Motor

Suatu hari, ada yang duduk-duduk di sentra servis sepeda motor selama hampir dua jam. Ia duduk-duduk saja setelah tercengang bahwa yang harus diservisnya biayanya sampai dua kali lipat dari uang yang ia bawa. Motornya sudah hampir menyentuh kilometer 10000 dan kata abang-abang tukang servis di sana, banyak pritilan yang harus diganti. Oli mesin, busi, oli shockbreaker, dan dua hal lagi yang istilahnya sulit diingat. Setelah ragu sejenak, si abang meyakinkan bahwa boleh saja kabur sebentar untuk ambil uang di rumah.

July 19, 2017

Aku Harus Melawan

Hari itu hari raya. Hari raya yang kedua. Hari ketika yang ribut-ribut itu terjadi lagi di tempat yang sama. Tapi hari ini beda. Aku tidak lagi segentar dulu. Aku tidak lagi sekonyong-konyongnya menangis lalu buru-buru berlari menjauh dari sumber keributan. Kali ini aku hadapi semuanya sampai habis. Meski suaraku masih bergetar, tapi tidak dengan sorot mataku. Aku tatap tajam-tajam sumber keributan itu, hingga ia tak berani menatap balik. Berbeda dengan adikku yang duduk di sebelah. Ia yang terpancing keributan, tapi ia yang lebih dulu kalah oleh keributan. Matanya ditutup oleh tangan dan tangisnya langsung terisak. Tak ada kata-kata lagi darinya selain sesenggukan. 

June 3, 2017

Pembaca Novel Vegetarian (Han Kang) yang Gagal

Tolong siapa pun yang sudah membaca buku ini, tunjukkan caranya supaya mencintai buku ini. Aku di sini merasa gagal sebagai pembaca. Buku ini dapat penghargaan Man Booker International Prize, tapi kenapa aku yang baca rasanya biasa aja? Aku sadar ini bukan salah bukunya, karena Eka Kurniawan bahkan menyatakan buku ini satu dari lima bukunya terbaik yang pernah dibacanya. Jadi, ini salahku. Tapi aku tidak tau dimana salahnya. Buku ini sudah kuimpikan sejak belum ada versi Bahasa Indonesianya, waktu dia akhirnya sampai di kosan, aku pun berlari kencang demi menimangnya. Tapi apa yang terjadi dengan bayi yang saya idam-idamkan ini? Aku kecewa. Kekecewaan yang tidak dirasakan oleh ribuan pembacanya yang lain.

Piramida Kebutuhan Spiritualitas Versi Saya

Konsep spiritualitas seharusnya kurang lebih sama seperti kata Abraham Maslow tentang piramida kebutuhan manusia. Mulai dari kebutuhan paling dasar yang semua orang lakukan, sampai kebutuhan paling tinggi yang penghuninya tidak sebanyak penghuni kebutuhan dasar. Tapi mungkin inilah yang membuat konsep Maslow sering disebut banyak kelemahannya, bahkan ada yang tidak lagi mengakui si piramida ini sebagai konsep pemenuhan kebutuhan pada manusia. Manusia terlalu kompleks untuk dibuatkan segitiga yang satu per satu tangganya harus dinaiki supaya mencapai puncak. Sama halnya dengan tingkatan kesalehan seseorang yang juga tidak bisa diukur dengan tangga-tangga. 

May 18, 2017

Dua Pribadi Satu Tubuh

Hari itu tak hujan, tak juga panas. Tapi gadis itu merasakan panas dingin. Dipandanginya tempelan-tempelan to-do list yang sejak enam bulan terakhir ini rutin ia lakukan. Ia akan membuat daftar tentang setiap hal yang harus ia lakukan setiap hari kertas putih yang ditulisinya menyerupai kalender selama satu bulan. Ia rutin menempel to-do list setiap hari dalam kertas putih itu. Rutin juga mengganti kalendernya setiap bulan dengan membuat yang baru. Rupanya ia juga rutin melanggar apa yang ia tulis. Kali ini ia ingin berdalih, ketika menulis daftar hal yang harus dilakukannya dan ketika melaksanakan hal-hal yang sudah ditulisnya itu, terdapat dua orang yang berbeda. Ia yang menulis dan merencanakan adalah dirinya yang berbeda dengan dirinya yang melakukan perencanaan itu. 

May 10, 2017

Untuk Ahok, Cuman Bisa Bikin Postingan Ini

Kemarin adalah puncak kesedihan bagi warga Indonesia yang mengangkat topinya untuk Ahok. Kata Okky Madasari, Ahok adalah seorang Cina yang ingin jadi gubernur. Kemarin Ahok divonis bersalah dan dihukum 2 tahun penjara untuk kasus penodaan agama. Sudah nggak perlu dijelaskan lagi gimana kasusnya, karena sepertinya sudah terlalu jelas. Saking jelasnya, kasus ini bikin tanah air punya orang-orang dengan golongan yang makin "setia" dengan ideologinya masing-masing. Tentu saja dengan melupakan ideologi yang seharusnnya sudah mereka hafal sejak SD. Akhirnya aku tahu, bahwa ideologi yang sekedar dihafal memang nggak pernah jadi ideologi yang benar-benar ideologi. 

May 8, 2017

Ulang Tahun Teman-Tiga-Tahun-Semeja Waktu SMP

Hari ini temanku ulang tahun. Teman berbagi meja selama tiga tahun di SMP dan berbagi sekolah yang sama selama satu tahun di SMA. Dulu kita sama-sama hanya sebiji anak SMP yang menginjak pubertas di waktu yang kurang lebih sama, sama-sama seonggok bocah culun yang nggak pernah naksir ataupun ditaksir cowok mana pun, dan sama-sama jadi dua orang yang piket kelas pada hari yang sama selama tiga tahun, hari Kamis. Tapi ada satu perbedaan signifikan antara kami. Dia yang selalu rangking satu dan aku yang hanya lima besar atau lebih. 

May 5, 2017

Apa Kata Satre Tentang Eksis

Suatu hari ada seorang pengangguran yang bingung apa yang harus ia lakukan dengan waktunya yang begitu berlimpah. Pada hari yang sama, seorang pegawai kantoran mengeluh karena tidak punya waktu sedetik pun untuk kegiatan apa pun selain ngantor. Terjadi pula pada pelajar SMA yang lebih suka rekam banyak video untuk upload di instastory daripada mengerjakan PR. Tak beda halnya dengan mahasiswa yang kelihatan mengerjakan skripsi di depan laptop padahal isi kepalanya tumpah ruah di lantai. Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?

May 4, 2017

Uang Cuman Buat ditukar

Hari ini aku menulis sesuatu tentang uang. Uang yang membuat aku bisa memiliki sebuah alat bernama laptop yang kugunakan untuk mengetik. Uang yang kugunakan untuk membeli koneksi internet. Uang yang kugunakan untuk menempatkan bokong di kursi, sehingga bisa duduk di depan laptop. Uang yang kugunakan untuk beli meja, sehingga leherku tidak letih selama menatap layar laptop. Uang yang kugunakan untuk menyewa kamar tempat meja laptop dan kursi bersanding, sehingga aku tidak perlu hidup menggelandang. Uang yang kugunakan untuk beli makan, sehingga kupunya cukup tenaga untuk menulis hari ini. Tanpa uang, semua hal yang kusebutkan tadi tidak akan terjadi. Tentu saja. Sangat jelas. 

April 30, 2017

Introvert, Si Nama Belakang

Dulu ada yang bertanya-tanya kenapa ia tidak bisa gabung dengan orang asing lalu akrab lalu ikut cekakak cekikik. Ia juga bertanya kenapa tidak bisa jadi pusat perhatian, tapi malah melipir di tepi. Ia juga heran kenapa setiap kali mencoba berceloteh satu dua kata lalu terbahak demi bikin orang-orang ikut terbahak, sekian detik kemudian, ia malah membenci dirinya sendiri dan ingin lari tunggang langgang sambil tutup wajah. Ia juga kebingungan kenapa tidak pernah dapat satu pun kata-kata yang cocok untuk menanggapi orang-orang yang bicara satu dua paragraf itu. Ia selalu begitu pada orang-orang, seolah ia bukan bagian dari orang-orang itu sendiri. 

Membaca Karya Penulis Maha Produktif, Mira W

Sudah lama tidak menyentuh novel-novel roman. Membaca karya Mira W hanya karena Ayah memuja-muja Sang Penulis itu dan mengoleksi entah berapa karya di rak bukunya. Lalu kebetulan ada seorang teman yang punya terbitan terbaru novel Mira W, kebetulan lagi kering bacaan dan jenuh sama skripsi. Tadinya kupikir satu buku itu satu cerita, ternyata ada dua cerita dan pantas saja judulnya panjang (ternyata ada garis pemisah di antara judul yang panjang itu, jadinya judulnya tidak terlalu panjang lagi). 

April 23, 2017

Ketersalingan

Pada suatu hari, ada yang bergumam saat ia melihat seorang supir truk di dalam kendaraannya. Menenggak serangkaian minuman pencegah kantuk sambil menanti lampu merah berganti hijau. Yang bergumam ini mengamati bawaan truk beroda enam itu, namun tidak berhasil karena yang diamati tertutup terpal hitam. Si supir truk sempat melihat orang yang bergumam itu, lalu yang bergumam pura-pura tidak melihat dengan pura-pura menerawang ke arah bangjo. Lalu diam-diam, ia kembali menatap si supir truk. Mengira-ngira sudah berapa lama sang supir menempatkan bokongnya di jok yang panas. 

April 21, 2017

Menangis

Dua hari yang lalu menangis. Karena yang ditahan itu tidak akan tertahankan hingga akhirnya keluarlah ia. Sudah sengaja menghindar dari segala sesuatu yang memberi stimulus, tapi tidak ada gunanya. Tangis tetaplah tangis. Ia tetap mengalir dan mengucur seenak jidat. Waktu itu pagi-pagi sekali. Tubuh sudah bangun sendiri tanpa perlu alarm. Lalu kegiatan pagi seperti biasa yang dimulai dengan sarapan sambil nonton televisi. Ternyata beritanya masih lanjutan berita semalam. Berita kekalahan seorang pemimpin yang bikin orang lain membenci dan ingin memaki karna ras dan agamanya. 

Semalaman berusaha tidak terpapar apa pun yang berkaitan dengan pemimpin itu. Segala koneksi internet sengaja dicabut, supaya seperti manusia gua yang tidak tahu informasi terkini. Tapi pagi itu, akibat rutinitas, secara tidak sadar manusia ini terkena paparan informasi. Celakanya, informasi itu membuat dia sedih. Kesedihan yang konyol. Hanya karena kekalahan seseorang yang bahkan tidak pernah ditemuinya. Paling hanya sekelebat dari berita sidang ini itu, debat di stasiun televisi ini itu, begitu-gitu saja padahal. Sialnya secara tidak sadar, manusia ini terpapar rasa cinta yang fiktif. Simpati dan empati yang tidak nyata. Terbatas layar kaca dan koneksi internet. Tapi mau bagaimana lagi. Sudah terlanjur.

Si manusia ini sudah telanjur sedih dan menangis. Hanya karena si pemimpin yang ia berikan empati itu kalah telak. Kekalahan yang tidak pernah sekelebat pun muncul dalam isi kepalanya. Ia menyaksikan keteguhan si pemimpin yang kalah itu. Lalu ia terharu. Terharu akibat kata-katanya yang terlalu besar hati. Terlalu lapang dan terlalu kuat untuk menggoyahkan hati-hati orang yang lemah. Pemimpin yang kalah itu akan mundur teratur hingga Oktober. Ia berjanji akan menyelesaikan apa yang harus diselesaikannya. Ia bilang ini semua kehendak Tuhan. Ia mengumbar senyum dan merangkul sang pemenang. Lalu hati si manusia lemah ini hancur berkeping-keping. 

Teruntuk si pemimpin yang kalah, maafkan manusia yang lemah ini karena hanya bisa menangis. Menangsi konyol di depan layar kaya. Tapi siapa pula yang peduli. Ibu kota tetap gemerlap dan menarik mata. Nyatanya bukan masalah siapa yang lebih kompeten, tapi masalah siapa yang lebih disukai. Mungkin juga bukan masalah suka. Tapi masalah siapa yang lebih dibenci. Semoga kebencian terjaga dalam tempurungnya. Keluarlah semaumu dan guncang ibu kota sesukamu. Manusia yang lemah ini hanya bisa menangis. 

April 17, 2017

Sebuah Fajar

Fajar datang, seorang gadis bangun dari tidurnya, dengan berbagai kembang tidur yang semerta-merta langsung rontok dari kepalanya. Gadis itu menggeleng hebat saat berusaha mengingat sesuatu dari yang rontok itu, tapi tak ada satu pun yang tersisa dalam ingatannya. Ia pun menyerah. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya, sendiri, sunyi, hanya bunyi ayam yang tak henti berkokok, ia ke kamar mandi, wudhu, sembahyang, lalu berhadapan dengan laptopnya. Secara mengejutkan, hal-hal yang tadi mati-matian ia usahakan untuk diingat, kini menari-nari di kepalanya dengan liar. 

April 14, 2017

Pressure and Pleasure

Agenda bulan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bulan lalu. Sudah dua minggu berjalan dan sepertinya terlalu banyak hal yang harus ditulis jadi rasanya 24 jam pun tidak pernah cukup. Katanya target bulan ini mau merampungkan bab satu, dua dan tiga, sampai skala semuanya sudah jadi dan siap sebar untuk para subjek. Tapi target yang tadinya cuman seminggu, sekarang sudah molor seminggu lagi. Minggu ini yang katanya mau merampungkan bab satu sampai tiga dengan semua hasil revisi, ternyata waktunya cuman tinggal dua hari lagi. Menyedihkan. Jadi ini salahnya siapa? Salahnya waktu. 

March 10, 2017

Yang Senior Pamit

Yang senior harus pamit demi mencapai gelar sarjana. Maka ia tinggalkanlah sebuah organisasi yang katanya pers kampus yang di dalamnya ada banyak bocah cilik minta dikasih makan ilmu-ilmu soft skill yang katanya nggak ada di kelas. Yang senior ini pun akhirnya menghirup udara bebas setelah tiga tahun terkekang dalam belenggu tugas-tugas keorganisasian yang lumayan bikin tergopoh-gopoh. Belenggu yang malah bikin si cabe senior ini menangis bombay seperti anak ayam saat harus berpisah dengan anak-anak ayam yang lain. 

Undur-Undur

Pengerjaan skripsi beberapa hari belakangan ini sepertinya tidak ada perkembangan. Gitu gitu saja. Tidak maju maju seperti undur-undur. Itu lho, hewan yang merasa hidupnya sangat berfaedah hanya dengan berjalan mundur. Berguling kesana kemari dari matahari terbit sampai terbenam lalu terbit lagi. Hingga akhirnya mahasiswa tuek ini sampai pada kesimpulan bahwa hidupnya kurang lebih seperti undur-undur. 

February 19, 2017

Kenapa Tidak Boleh Kasihan

Sudah lama ditulis. Tertumpuk di antara tulisan-tulisan aneh lainnya. 
 
Pagi itu ia bertanya satu hal yang tidak mampu kujawab. Meski memang sebagian besar pertanyaannya tidak terjawabkan, tapi yang satu ini adalah yang paling di luar dugaan. Sebagian besar ucapannya tidak pernah ada dalam daftar kata-kata di kamusku, tapi ia mencekokinya ke dalam isi kepalaku sampai aku berpikir lalu menyimpan kata-kata itu dalam daftar tunggu. Kali ini ia bertanya, “aku harus ngapain biar kamu nggak jauh dari aku?” Tadinya aku ingin jawab, “enggak ada satu hal pun yang menjamin aku bakal deket sama kamu terus dan begitu pula sebaliknya. Kalau aku ingin pergi maka apa pun yang terjadi, aku akan tetap pergi. Jika aku memilih tinggal, maka semesta akan menurut dan membiarkanku tinggal.” Tapi aku takut ia tak mengerti lalu salah paham, sedangkan aku tidak bergairah untuk menjelaskan panjang lebar saat itu, jadi kupilih untuk diam saja. Lebih baik. Bikin ia penasaran. Biarkan ia berpikir aku tidak akan punya usaha untuk menjaganya di dekatku. Biarkan ia berpikir sampai lelah. Aku egois. Memang.

Bingung Tiada Henti

Sepasang sejoli. Seorang laki-laki dan perempuan. Mereka duduk berdua dengan dua piring ayam tepung punya Chaki dan dua gelas minuman yang banyak es batunya. Mereka duduk bersebelahan, tapi pandangan mereka ada di mata satu sama lain. Hanya di situlah mata mereka berada. Tidak ada orang lain, tidak ada para pelayan berbaju merah yang lalu lalang di sekeliling mereka, tidak ada pengunjung lain yang juga duduk di sekitar mereka, tidak ada bunyi musik dari radio yang speakernya super nyaring. Rasanya yang ada hanyalah mereka berdua. Penuh senyum dan penuh pandangan. Mereka bilang itu cinta. Tapi aku yang melihat, bilang bahwa entah itu cinta atau bukan. 

February 13, 2017

Semoga Tuhan Mendengar

Aku baru sampai Semarang dan langsung sakit esoknya. Demam, ditambah flu dan batuk yang terus menerus. Tadinya kupikir aku baik-baik saja, tadinya kupikir malam ini akan segera sembuh. Tapi rupanya tidak. Aku masih demam, masih batuk-batuk dan masih penuh ingus. Namun Tuhan berbaik hati padaku. Hari itu dikirimkan-Nya seorang penjaga untuk hariku yang sakit. Dikirimkan-Nya seorang yang berjaga saat aku terjaga, seorang yang berjaga saat aku tertidur. Seorang yang entah apa yang ia lakukan, tapi setiap kali sadar, ia ada di sana.