July 18, 2016

What People Call for Living



16 Juli 2016

Hari ini kami ikut arisan sepeda motor dan halal bi halal. Bukan sebagai peserta, tapi sebagai sekumpulan anak muda yang ikut duduk dan menghabiskan makanan, lalu sok sokan ikut berkontribusi dengan membereskan serakan sampah yang bergelimpangan. Kami juga dengarkan ceramah yang bilang bahwa arisan tidak akan jadi arisan kalau tidak ada yang ingat dunia. Kalau tidak ada yang berharap besok hidup. 

July 16, 2016

Pengemis Biadab



15 Juli 2016

Hari ini ke Menara Kudus, berbondong-bondong dengan penghuni KKN desa sebelah, seperti turis nyasar. Yang istimewa bukan tentang menara Kudus, karena seperti kebanyakan wisata religi, datang, duduk dengan surat yasin, baca nyaring atau tidak, doa doa, lalu selesai. Yang istimewa adalah para pengemis yang mengemis seperti tukang palak terganas se-Indonesia Raya. Spesies pengemis yang belum pernah kutemukan di belahan bumi mana pun. Para turis yang baru merasakan kedamaian setelah baca doa-doa dari dalam Menara Kudus, mendadak jadi emosional setelah bertemu para pengemis biadab itu. Pengemis yang mepet-mepet, senggal-senggol, bicara bukan seperti mengemis tapi seperti tukang rampok menodong korbannya pilih harta atau nyawa. 

Bahasa Primitif



14 Juli 2016

Kami disambut terlalu baik, kami disuguhi minuman yang terlalu manis sampai kembung, kami dipersilakan dengan cemilan merk A sampai Z, lalu dipersilakan untuk terlibat dalam kegiatan halal bi halal salah satu perangkat desa. Anaknya lucu, loncat-loncat terlampau bahagia saat ayahnya datang bersama kami berbondong-bondong dan langsung minta peluk. Kami diajak bicara ini itu, pembicaraan tentangku masih seputar namaku yang sama dengan nama orkestra Pantura. Pembicaraan yang sebagian besar adalah pengulangan dari pembicaraan kami di pertemuan sebelumnya. Pembicaraan yang masih harus direspons dengan gelak tawa, karena apa kata dunia kalau kamu hanya merengut-rengut. Kami serempak memutuskan untuk cekikan, kesepakatan yang lahir dari bahasa tubuh masing-masing.

July 14, 2016

Lebaran Kupat



13 Juli 2016

Hari ini lebaran kupat. Mas Harun datang, membuat yang belum sepenuhnya ingin beraktivitas bergegas sempoyongan motoran ke musola terdekat. Kami bangun tidur dengan bayangan wangi-wangi kuah ketupat yang dibawa dalam baskom-baskom kecil dari warga seluruh penjuru Desa Kaliwungu. Tidak hanya membaca takbir, salawat, dan doa-doa, warga yang datang juga mendekap sesuatu berbungkus kain serupa kerudung segiempat yang kayaknya agak berat. Mereka bawa satu dua, lalu duduk di musola ikutan doa-doa sebelum bungkusan itu dibuka dan menyeruaklah wangi yang tadi kami bayang-bayangkan. Tadinya malu-malu, tapi melihat binar-binar dari ayam dan daging yang berenang-renang di kuah ketupatnya, kami lupa dunia, lupa ada di antara warga, dan yang diet lupa diet.

Jangan Lupa Punya Keluarga



12 Juli 2016

Terlalu banyak kebahagiaan. Terlalu banyak. Terlalu tumpah ruah sampai lupa rasanya untuk tidak berbahagia. Hari ini ayah datang dengan senyum senyum ceria dari om, tante, dan dua adik sepupu super ganteng. Mereka menjarah kamarku dengan ketawa nyaring, haha hihi, nongkrong di balkon sambil memandang gunung Ungaran. Hari penuh berkah selain hari raya beberapa hari yang lalu adalah hari ini. Mereka datang setelah sekian lama tidak saling bertemu, setelah sekian lama tidak mengenali wajah satu sama lain, setelah sekian lama adik sepupu yang tadinya tingginya hanya segini jadi tinggi segitu.