December 27, 2017

Karya Pertamaku

Karya pertamaku akhirnya lahir. Hari ini ia siap didistribusikan ke perpustakaan fakultas dan dosen pembimbing sebagai syarat yudisium. Karya ini sudah kukandung sejak Februari 2017 dan resmi lahir ke dunia pada 22 Desember 2017. Semoga bayiku ini panjang umur dan sehat selalu. Proses mengandung si bayi, seingatku, bukalah proses yang menyenangkan. Sulit menemukan kesenangan di antara tuntutan untuk cari jurnal kesana kemari, turun lapangan, uji coba, penelitian, hingga bab lima yang masih harus diobrak-abrik. Pada awal proses penulisan, tidak menyangka akan menulis bayi jenis begini. Tadinya aku punya rencana sendiri yang sudah kurancang bagus-bagus. Aku siap untuk bahagia dengan rencanaku itu. Namun, apa daya, kata dosen pembimbing, lebih baik gunakan sebagian rencananya, yang akhirnya membuat bunda mengandung tidak se-menyenangkan itu. 

Aku memaksa diri di sepanjang proses penulisan untuk tetap bertahan dan memperjuangkan kelulusan. Apa lagi yang kubayangkan kalau bukan kelulusan. Aku pernah bekerja di depan laptop 24 jam tanpa henti, saking senangnya dengan tulisanku. Tapi kebanyakan, aku malas-malasan dan melakukan hal lain yang kuanggap dapat menyokong kemampuanku untuk segera melahirkan si bayi. Setiap hal yang kulakukan, harus berhubungan dengan si bayi. Aku tidak ingin ada satu detik pun waktuku terbuang untuk melakukan hal tidak berguna. Namun, nyatanya hal-hal tak berguna itu tetap aku lakukan. Seperti gegoleran di kasur atau memandangi layar ponsel yang bikin mata sakit. 

Meski aku tidak suka dengan segala proses mengandung ini, aku tidak merasa se-menyedihkan itu. Aku masih sanggup melakukan proses mengandung yang lebih lama dan lebih membosankan daripada yang telah kualami. Aku rela saja mengorbankan waktuku ber-hahahihi, waktuku tidur-tiduran dan waktu saat otakku tak ada gunanya karena tidak bekerja. Aku justru merasa gagal sebagai manusia jika otakku dibuang-buang dan waktuku yang berharga tumpah-ruah akibat tak dipakai. Aku perlu memaksa diriku untuk melahirkan bayi-bayi lain yang kuinginkan. 

Lain kali, aku akan memaksa diriku lebih keras, meski aku tahu bayi-bayiku selanjutnya adalah hasil dari keinginanku sendiri. Tidak ada dosen pembimbing yang akan membantuku. Hanya diriku sendiri dan Seseorang. Aku perlu berjuang mati-matian untuk bahagia. Premisnya adalah, jika aku berjuang mati-matian, aku bahagia. Jika aku bahagia, aku merasa berharga sebagai manusia. Jadi, jika aku tidak berjuang mati-matian, aku tidak merasa berharga sebagai manusia. 
Share:

0 comments:

Post a Comment