February 19, 2017

Bingung Tiada Henti

Sepasang sejoli. Seorang laki-laki dan perempuan. Mereka duduk berdua dengan dua piring ayam tepung punya Chaki dan dua gelas minuman yang banyak es batunya. Mereka duduk bersebelahan, tapi pandangan mereka ada di mata satu sama lain. Hanya di situlah mata mereka berada. Tidak ada orang lain, tidak ada para pelayan berbaju merah yang lalu lalang di sekeliling mereka, tidak ada pengunjung lain yang juga duduk di sekitar mereka, tidak ada bunyi musik dari radio yang speakernya super nyaring. Rasanya yang ada hanyalah mereka berdua. Penuh senyum dan penuh pandangan. Mereka bilang itu cinta. Tapi aku yang melihat, bilang bahwa entah itu cinta atau bukan. 

Apa yang terjadi pada mereka adalah apa yang terjadi pada jutaan sejoli dari seluruh dunia. Mungkin terjadi pula padaku (dengan tanda tanya)? Pada seluruh orang tua di seluruh dunia (dengan tanda tanya)? Pada kakak adik di seluruh dunia (dengan tanda tanya pula)? Kenapa dengan tanda tanya? Karena rasanya hanya sepasang sejoli laki-laki dan perempuan yang bisa bikin jagad raya berubah haluan. Cuman mereka yang bisa bikin Merkurius, Venus, Bumi, dan seterusnya berubah haluan dari mengitari matahari. 

Mungkin cinta tidak lebih dari sekedar melihat orang lain dalam diam tapi rasanya tidak butuh apa-apa lagi. Tidak saling berkata tapi sama-sama cukup tahu tentang satu sama lain. Tentang menelusuri setiap jengkal dari wajah satu sama lain, lalu rasanya cukup mengerti tentang dia dan rasanya sudah cukup dimengerti. Sesederhana itu dan rasanya tidak butuh apa-apa lagi. Tapi lalu cinta berkembang menjadi sesuatu yang tidak tidak bisa berhenti cukup di situ. Berkembang menjadi sesuatu yang tidak sesederhana "tidak butuh apa-apa lagi." 

Lalu cinta berubah haluan menjadi segala materi yang menyertainya. Segala kecukupan materi yang membuatnya terpenuhi. Entah apa yang mau dipenuhi. Cinta menjadi kamu memenuhi aku yang perlu baju-baju dan makanan, dan aku yang memenuhi kamu dengan rumah dan uang tabungan. Ada yang bilang tidak boleh menggabung-gabungkan cinta dengan segala kematerian yang mengikutinya. Tapi hey! Lihat sendiri kan. Mereka saling mengikuti, saling menyembah dan saling mencinta seperti cinta itu sendiri.

Tapi lalu mengapa aku bingung? Mengapa aku selalu mempertanyakan? Mengapa tidak pernah menjadi pasti tentang segala sesuatu yang aku tanyakan? Mungkin karena memang semuanya tidak ada yang benar-benar diciptakan untuk menjadi pasti. Tidak ada pertanyaan yang benar-benar untuk dijawab. Pertanyaan memang ada hanya untuk dipertanyakan. Jika pertanyaan muncul dan dijawab, maka pertanyaan selanjutnya akan muncul dan begitu seterusnya. Lalu aku begini terus. Bingung tiada henti.
Share:

0 comments:

Post a Comment