February 19, 2017

Kenapa Tidak Boleh Kasihan

Sudah lama ditulis. Tertumpuk di antara tulisan-tulisan aneh lainnya. 
 
Pagi itu ia bertanya satu hal yang tidak mampu kujawab. Meski memang sebagian besar pertanyaannya tidak terjawabkan, tapi yang satu ini adalah yang paling di luar dugaan. Sebagian besar ucapannya tidak pernah ada dalam daftar kata-kata di kamusku, tapi ia mencekokinya ke dalam isi kepalaku sampai aku berpikir lalu menyimpan kata-kata itu dalam daftar tunggu. Kali ini ia bertanya, “aku harus ngapain biar kamu nggak jauh dari aku?” Tadinya aku ingin jawab, “enggak ada satu hal pun yang menjamin aku bakal deket sama kamu terus dan begitu pula sebaliknya. Kalau aku ingin pergi maka apa pun yang terjadi, aku akan tetap pergi. Jika aku memilih tinggal, maka semesta akan menurut dan membiarkanku tinggal.” Tapi aku takut ia tak mengerti lalu salah paham, sedangkan aku tidak bergairah untuk menjelaskan panjang lebar saat itu, jadi kupilih untuk diam saja. Lebih baik. Bikin ia penasaran. Biarkan ia berpikir aku tidak akan punya usaha untuk menjaganya di dekatku. Biarkan ia berpikir sampai lelah. Aku egois. Memang.

Bingung Tiada Henti

Sepasang sejoli. Seorang laki-laki dan perempuan. Mereka duduk berdua dengan dua piring ayam tepung punya Chaki dan dua gelas minuman yang banyak es batunya. Mereka duduk bersebelahan, tapi pandangan mereka ada di mata satu sama lain. Hanya di situlah mata mereka berada. Tidak ada orang lain, tidak ada para pelayan berbaju merah yang lalu lalang di sekeliling mereka, tidak ada pengunjung lain yang juga duduk di sekitar mereka, tidak ada bunyi musik dari radio yang speakernya super nyaring. Rasanya yang ada hanyalah mereka berdua. Penuh senyum dan penuh pandangan. Mereka bilang itu cinta. Tapi aku yang melihat, bilang bahwa entah itu cinta atau bukan. 

February 13, 2017

Semoga Tuhan Mendengar

Aku baru sampai Semarang dan langsung sakit esoknya. Demam, ditambah flu dan batuk yang terus menerus. Tadinya kupikir aku baik-baik saja, tadinya kupikir malam ini akan segera sembuh. Tapi rupanya tidak. Aku masih demam, masih batuk-batuk dan masih penuh ingus. Namun Tuhan berbaik hati padaku. Hari itu dikirimkan-Nya seorang penjaga untuk hariku yang sakit. Dikirimkan-Nya seorang yang berjaga saat aku terjaga, seorang yang berjaga saat aku tertidur. Seorang yang entah apa yang ia lakukan, tapi setiap kali sadar, ia ada di sana.