April 14, 2017

Pressure and Pleasure

Agenda bulan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bulan lalu. Sudah dua minggu berjalan dan sepertinya terlalu banyak hal yang harus ditulis jadi rasanya 24 jam pun tidak pernah cukup. Katanya target bulan ini mau merampungkan bab satu, dua dan tiga, sampai skala semuanya sudah jadi dan siap sebar untuk para subjek. Tapi target yang tadinya cuman seminggu, sekarang sudah molor seminggu lagi. Minggu ini yang katanya mau merampungkan bab satu sampai tiga dengan semua hasil revisi, ternyata waktunya cuman tinggal dua hari lagi. Menyedihkan. Jadi ini salahnya siapa? Salahnya waktu. 

Kadang juga merasa tidak mau makan dan tidur seharian selama seminggu demi menjatuhkan isi kepala di depan laptop. Tapi lihat apa yang terjadi, kepala malah jatuhnya di atas bantal tepat pukul delapan lalu bangun pukul sepuluh. Lanjut tidur lagi sampai jam dua, bangun lagi. Lalu lanjut tidur sampai subuh. Lalu terjadi begitu terus sampai seminggu penuh, sampai target yang seharusnya dicapai jadi molor sekian hari, bahkan ini sudah jalan seminggu. Sebal. Sedih. Bulan ini sisanya tinggal dua minggu. Dan agenda yang harus diselesaikan dalam dua minggu masih sama waktu kutulis di awal bulan. Tidak berkurang. Tidak berprogres. Berprogres tapi tidak signifikan. 

Lalu merasa jadi orang yang paling tidak produktif sedunia, karena berprogres dengan lambat. Tapi baca buku judulnya Hening Sejenak, katanya orang jaman sekarang kebanyakan tidak hidup di waktu yang sekarang. Katanya orang jaman sekarang kebanyakan berpikir tentang masa lalu dan masa depan, jadinya mereka gampang stress dan tertekan. Aku setengah meniyakan dan setengah menidakkan. Konsep mau nggak mau memang jadi tuntuntan buat manusia jaman sekarang. Kalau terlalu selow atas nama menikmati hidup, mana bisa berprogres. Orang sekarang itu rasanya lagi boker juga sebisa mungkin mikirin tentang kerjaan. Nggak ada sedikit pun spot untuk hal-hal remeh temeh yang nggak guna. 

Tapi aku nggak sepenuhnya menolak konsep menikmati hidup itu juga. Karena bisa jadi orang-orang sekarang menikmati hidup mereka yang penuh tekanan dan target. Hidup yang terlampau rileks malah jauh dari kenikmatan hidup. Tapi memang sebenarnya rileks dan menurunkan ritme kehidupan memang penting. Tapi janganlah setiap saat seperti itu. Bisa-bisa rejeki dipatok ayam. 

Lalu aku menemukan konsep baru. 

We should know when to put pressure and when to put pleasure. We need to admit that we're putting ourselves into pressure in order to achieve a greater good. Don't mix pressure with pleasure. It might fools you. Because if we wait until the pressure turns into pleasure, we'll lose lots of time just to find out. And it's not what pressure tries to achieve. Another case happens with pleasure. You can find out simply by doing anything you enjoy more than being in pressure. And it's the only thing that could save you from being insane. So, in sum get back to work and reach your goals. And stay sane!

See ya later. Peace out!
Share:

2 comments:

  1. Keep on Spirit...Smart girl!

    ReplyDelete
    Replies
    1. it's nice knowing you're still becoming my reader. thanks! :)

      Delete