August 15, 2017

Merdeka Atau Mati?

Ada sebuah negara yang merayakan kemerdekaannya untuk yang ke-72 tahun. Penduduknya bersorak-sorai, meriah, gegap gempita, tak lebih dan tak kurang dari tahun-tahun sebelumnya. Anak-anak sekolahan dan orang-orang di perkampungan, berduyun-duyun merepotkan diri dengan berbagai lomba yang diselenggarakan sejak tujuh hari sebelum hari ulang tahun si negara itu. Salah seorang penduduk, seorang gadis usia 21 tahun 6 bulan yang sedang mengerjakan skripsi, berada dengan teman-temannya yang juga seperjuangan. Mereka cuman pergi makan siang di sore hari, lalu menempuh perjalanan 30 menitan. Selama perjalanan itu, pembicaraan tentang kemerdekaan tiba-tiba tersangkut dalam salah satu topik. 

"Merdeka itu kalau skripsi sudah kelar," kata salah seorang teman si gadis. 
Tanpa pikir panjang, si gadis bilang, "tapi setelah skripsi nanti terjebak lagi dalam titel pengangguran. Gitu terus sampai mati. Jadi harusnya ya merdeka itu setiap hari."
Seorang temannya yang lain juga ikut menyahut. Mengamini ucapannya. Setelah itu hening, tidak ada lagi yang membahas tentang kemerdekaan. Berhenti di situ. Titik di situ. Entah percakapan itu sedang dicerna oleh para pendengarnya, atau memang tidak ada yang peduli.  

Si gadis ini pun pikirannya berkelana ke mana-mana, seperti yang biasanya terjadi. Memang pikirannya sering begitu. Betapa menyedihkannya orang-orang yang katanya mengejar kebebasan, tapi nyatanya hanya loncat dari satu penjara ke penjara yang lain. Suatu penjara yang dipikir adalah kemerdekaan, tapi nggak tahunya cuman penjara baru yang bikin ia ingin mencapai kemerdekaan lainnya (yang tentu saja ternyata adalah cuman penjara-penjara lainnya). Betapa menyedihkannya kalau hidup cuman dipakai untuk loncat-loncat di penjara. Terus merdekanya kapan? Kalau sudah mati? Katanya negara ini sudah 72 tahun merdeka? Di mana si kemerdekaan itu? Kok ndak kelihatan?  

Mungkin itulah yang namanya kutukan kemerdekaan. Kutukan merdeka tapi disuruh cepat-cepat lulus, buru-buru nikah, bolak-balik update status di media sosial dan segera kejar target ini itu. Kalau sudah dikutuk begitu, orang-orang jadi hilang kesadarannya. Hilang sadarnya terhadap masa saat ia hidup, yaitu saat ini. Karena rasanya hari ini bukan hari kemerdekaannya. Jadi, hari ini harus segera dihabiskan supaya bisa segera datang kemerdekaan yang akan terjadi di masa yang entah kapan itu. Hari kerja yang memenjarakan ini harus segera dijalani supaya nanti merdeka pada akhir pekan. Skripsi yang memenjarakan ini harus segera diselesaikan supaya nanti merdeka pada waktu kelulusan. Mungkin mereka lupa, atau sengaja lupa, bahwa setelah akhir pekan akan datang lagi hari kerja dan setelah lulus akan datang hal-hal lain juga minta diluluskan. Penjara yang minta dihuni setelah waktu huni penjara yang sekarang telah berakhir.  

Tapi ada juga orang-orang yang kemerdekaannya bisa ia datangkan setiap hari. Orang-orang yang mungkin target kehidupannya tidak memburu-buru, tapi ia punya kesadaran  yang utuh. Kesadaran yang bulat. Bahwa hidupnya adalah pada hari ini. Bahwa masa depan dan masa lalu nyatanya cuman konsep yang tidak nyata. Jadi, orang-orang itu bilang pada diri sendiri, bahwa tidak mungkin meletakkan kemerdekaan pada suatu konsep yang tidak nyata. Entah di masa lalu atau di masa depan yang sama-sama terlalu jauh. Katanya, untuk apa susah-susah meletakkan sesuatu pada suatu waktu yang fiktif, jika sesuatu itu nyatanya bisa diletakkan pada waktu yang nyata-nyata memang nyata. Sehingga, mereka pun meletakkan si kemerdekaan itu pada jarak yang paling dekat dan paling nyata, yaitu saat ini. Setiap hari. Setiap jam. Setiap saat diafragma kembang-kempis. 

Penjara macam apa lagi yang mau kita enyahkan saat ini selain penjara oleh pikiran kita sendiri? Perlawanan macam apa lagi yang mau kita lakukan saat ini selain perlawanan terhadap pikiran kita sendiri? Kemerdekaan untuk berapa puluh tahun lagi yang mau kita perjuangkan kalau bukan untuk hari ini juga? Merdeka atau mati. Cuman boleh pilih salah satu. Kalau pilih merdeka, maka tidak mati. Kalau pilih mati, maka tidak merdeka. Tentukan sendiri pilihanmu. Jangan sampai tidak mati tapi tidak merdeka!
Share:

0 comments:

Post a Comment