Sudah lama ditulis. Tertumpuk di antara tulisan-tulisan aneh lainnya.
Pagi itu ia bertanya satu hal yang tidak mampu
kujawab. Meski memang sebagian besar pertanyaannya tidak terjawabkan, tapi yang
satu ini adalah yang paling di luar dugaan. Sebagian besar ucapannya tidak
pernah ada dalam daftar kata-kata di kamusku, tapi ia mencekokinya ke dalam isi
kepalaku sampai aku berpikir lalu menyimpan kata-kata itu dalam daftar tunggu. Kali
ini ia bertanya, “aku harus ngapain biar kamu nggak jauh dari aku?” Tadinya aku
ingin jawab, “enggak ada satu hal pun yang menjamin aku bakal deket sama kamu
terus dan begitu pula sebaliknya. Kalau aku ingin pergi maka apa pun yang
terjadi, aku akan tetap pergi. Jika aku memilih tinggal, maka semesta akan
menurut dan membiarkanku tinggal.” Tapi aku takut ia tak mengerti lalu salah
paham, sedangkan aku tidak bergairah untuk menjelaskan panjang lebar saat itu,
jadi kupilih untuk diam saja. Lebih baik. Bikin ia penasaran. Biarkan ia
berpikir aku tidak akan punya usaha untuk menjaganya di dekatku. Biarkan ia
berpikir sampai lelah. Aku egois. Memang.
Ia berkata lagi, aku mendengarkan dengan segala insecurity-nya. “Sampai sekarang pun aku
belum bisa naklukin kamu. Tetep aku yang ngejar-ngejar.”Lalu semuanya tumpah
ruah, segala kecemasannya, dengan sepaket air yang berlinang-linang. Aku tidak
mengerti tapi aku menangis. Kesimpulan yang kuperoleh adalah aku jahat. Aku menangisi
kejahatanku, sekaligus menangisi tangisannya. Aku merasa bukan budak yang perlu
ditaklukan agar mau disuruh-suruh ini itu. Aku juga tidak merasa harus mengejar
balik ketika dikejar, atau memililh diam biar tertangkap. Aku hanya berjalan
dengan super enteng lalu ia menjejar, berlari, tapi aku tetap tak tersusul.
Aku akan melakukan hal yang kurasa memang harus
dilakukan. Aku melakukannya dengan pertimbangan egois dan mohon maaf tembok
keegoisanku masih kokoh berdiri. Aku belum tau tentang konsep ketersalingan
yang tersirat dari pernyataanmu dan aku tak tau apakah aku akan tau. Aku tidak
tau ada takluk menaklukan dalam sebuah hubungan. Aku tidak tau ada kejar-kejaran.
Ketika sudah takluk lalu apa? Ketika sudah terkejar lalu apa? Mau menaklukan
yang lain-lain lagi? Mau mengejar yang lain-lain lagi? Apa karenanya kamu dapat
tropi yang gilang gemilang beserta medalinya? Aku tidak mengerti tentang
permainan takluk menaklukan dan kejar-kejaran ini.
Lalu kau bilang bahwa masalahmu adalah aku yang
hanya kasihan padamu. Aku yang menjagamu dekat hanya untuk memberi kembali
segala pemberianmu. Kau bilang aku tidak boleh menyayangi karena seperti itu.
Katamu aku harus bilang kalau sudah tidak kasihan. Lalu aku bertanya-tanya
seharusnya aku seperti apa? Jika rasa kasihanku dipermasalahkan lalu aku harus
memberi kembali berdasarkan apa? Tidak bolehkah aku memberi karena sudah
diberi? Kau maunya seperti apa aku masih tidak mengerti. Sama sepertimu yang
tidak mau dilarang-larang untuk memberi ini itu. Aku pun tidak ingin
dilarang-larang untuk memberi kembali ini itu. Jadi tolong jelaskan kenapa aku
tidak boleh memberi kasih-an.
Hi...Happy belated Birthday...nice writing
ReplyDeletehaii just read your comment! thanks for reading ^^
Delete