February 19, 2017

Kenapa Tidak Boleh Kasihan

Sudah lama ditulis. Tertumpuk di antara tulisan-tulisan aneh lainnya. 
 
Pagi itu ia bertanya satu hal yang tidak mampu kujawab. Meski memang sebagian besar pertanyaannya tidak terjawabkan, tapi yang satu ini adalah yang paling di luar dugaan. Sebagian besar ucapannya tidak pernah ada dalam daftar kata-kata di kamusku, tapi ia mencekokinya ke dalam isi kepalaku sampai aku berpikir lalu menyimpan kata-kata itu dalam daftar tunggu. Kali ini ia bertanya, “aku harus ngapain biar kamu nggak jauh dari aku?” Tadinya aku ingin jawab, “enggak ada satu hal pun yang menjamin aku bakal deket sama kamu terus dan begitu pula sebaliknya. Kalau aku ingin pergi maka apa pun yang terjadi, aku akan tetap pergi. Jika aku memilih tinggal, maka semesta akan menurut dan membiarkanku tinggal.” Tapi aku takut ia tak mengerti lalu salah paham, sedangkan aku tidak bergairah untuk menjelaskan panjang lebar saat itu, jadi kupilih untuk diam saja. Lebih baik. Bikin ia penasaran. Biarkan ia berpikir aku tidak akan punya usaha untuk menjaganya di dekatku. Biarkan ia berpikir sampai lelah. Aku egois. Memang.

Ia berkata lagi, aku mendengarkan dengan segala insecurity-nya. “Sampai sekarang pun aku belum bisa naklukin kamu. Tetep aku yang ngejar-ngejar.”Lalu semuanya tumpah ruah, segala kecemasannya, dengan sepaket air yang berlinang-linang. Aku tidak mengerti tapi aku menangis. Kesimpulan yang kuperoleh adalah aku jahat. Aku menangisi kejahatanku, sekaligus menangisi tangisannya. Aku merasa bukan budak yang perlu ditaklukan agar mau disuruh-suruh ini itu. Aku juga tidak merasa harus mengejar balik ketika dikejar, atau memililh diam biar tertangkap. Aku hanya berjalan dengan super enteng lalu ia menjejar, berlari, tapi aku tetap tak tersusul. 

Aku akan melakukan hal yang kurasa memang harus dilakukan. Aku melakukannya dengan pertimbangan egois dan mohon maaf tembok keegoisanku masih kokoh berdiri. Aku belum tau tentang konsep ketersalingan yang tersirat dari pernyataanmu dan aku tak tau apakah aku akan tau. Aku tidak tau ada takluk menaklukan dalam sebuah hubungan. Aku tidak tau ada kejar-kejaran. Ketika sudah takluk lalu apa? Ketika sudah terkejar lalu apa? Mau menaklukan yang lain-lain lagi? Mau mengejar yang lain-lain lagi? Apa karenanya kamu dapat tropi yang gilang gemilang beserta medalinya? Aku tidak mengerti tentang permainan takluk menaklukan dan kejar-kejaran ini. 

Lalu kau bilang bahwa masalahmu adalah aku yang hanya kasihan padamu. Aku yang menjagamu dekat hanya untuk memberi kembali segala pemberianmu. Kau bilang aku tidak boleh menyayangi karena seperti itu. Katamu aku harus bilang kalau sudah tidak kasihan. Lalu aku bertanya-tanya seharusnya aku seperti apa? Jika rasa kasihanku dipermasalahkan lalu aku harus memberi kembali berdasarkan apa? Tidak bolehkah aku memberi karena sudah diberi? Kau maunya seperti apa aku masih tidak mengerti. Sama sepertimu yang tidak mau dilarang-larang untuk memberi ini itu. Aku pun tidak ingin dilarang-larang untuk memberi kembali ini itu. Jadi tolong jelaskan kenapa aku tidak boleh memberi kasih-an.
Share:

2 comments:

  1. Hi...Happy belated Birthday...nice writing

    ReplyDelete
    Replies
    1. haii just read your comment! thanks for reading ^^

      Delete