February 21, 2016

Atas Nama Sistem

Pertanyaan selanjutnya yang perlu dijawab adalah apakah tujuan perguruan tinggi didirikan? Apakah sekedar untuk melahirkan pekerja, profesional ataukah juga menjadi sebuah instutusi yang menjadi pusat gerakan, tempat untuk menempa calon-calon intelektual, para kreator, pembaharu, dan penyemai agen-agen perubahan? Realitas yang terjadi adalah perguruan tinggi sibuk mencetak tukang, reparator, kelompok mediokre (tanggung). Perguruan tinggi teknik, seperti ITB mencetak tukang insinyur. Universitas eks IKIP menghasilkan tukang mengajar, bukan guru intelektual.

 -Bambang Wisudo, aktivis Sekolah Tanpa Batas-

February 20, 2016

Pranikah

Semester enam, semester ini aku mendapatkan pendidikan pra nikah. Psikologi keluarga dan psikologi seks. Saling melengkapi, saling memperkaya bayangan-bayangan tidak terbayangkan tentang pernikahan. Terutama psikologi keluarga. 7 sks, dari pukul 8 hingga setengah 2, pembicaraannya hanya tentang keluarga dan segala tetek bengeknya. Tentang betapa membahagiakannya menikah, punya anak, mendidik anak, dan mempertahankan pernikahan. Tidak terlalu berharap banyak dari mata kuliah ini. Secara tidak sadar, penyangkalan-penyangkalan tentang kebahagiaan dan manfaat pernikahan tetap berlarian di kepalaku. Apa yang disampaikan Pak Imam di depan kelas hanya aku beri anggukan lalu cengiran ragu dan tawa hasil ikut-ikutan dari teman-teman. Bilang aku skeptis. Silakan. Mungkin aku memang skeptis. 

February 19, 2016

20

Tadinya ada yang berjanji tapi mengingkari, janji pada diri sendiri padahal. Lain dengan janji kepada orang lain. Entah mengapa orang yang ini merasa lebih baik menyakiti dirinya sendiri daripada menyakiti orang lain. Mungkin pikirnya, karena lebih mudah minta maaf pada diri sendiri daripada minta maaf pada orang lain. Orang ini pun beranjak tua. Bukan, bukan dewasa. Belum dewasa. Ia masih kekanakan, usianya 20, tapi rasanya ia masih 11 tahun. Karena ia masih seenaknya melanggar apa yang ia buat sendiri, membuat janji-janji baru hanya untuk dilanggar lagi, begitu seterusnya hingga tak terasa 12 bulan lagi ia akan berusia 21. Lalu terulang lagi hingga ia 22 tahun dan seterusnya. Lucu. Tentu saja ia tidak mau seperti itu sepanjang hidupnya. Ia hanya tidak tahu harus mulai kapan.