December 28, 2016

Berpikir Khawatir

Kemarin aku antar dia pulang, kulepas dia pergi demi sesuatu yang lebih baik. Beberapa hari ini kami selalu bersama, bersama karena sebentar lagi akan terpisah jarak (walaupun hanya untuk waktu yang singkat dan walaupun internet membuat semuanya terasa dekat). Aku tidak bilang apa-apa tentang merindu, tapi aku tau akan rindu padanya. Aku sudah melambai-lambai dari tempatku berdiri dan memasang senyum paling manis padanya yang sudah masuk bis menuju kampung halamannya. 

December 27, 2016

Just Give A Try

Hari ini penghitung waktu mundur di ponselku berbunyi-bunyi, memampang sebaris tulisan "60 days left get your fucking novel done!!!" Dengan tiga tanda seru. Iya tiga dan dengan kata-kata menyumpah. Aku juga menempel tembok working spaceku dengan kata hujatan lainnya. Hanya untuk meremehkan diriku yang begitu malas dan menunda terlalu banyak, sehingga rasanya diperlukan kata-kata hujatan. 

December 7, 2016

Datangnya Bundadari

Pagi ini terlalu bahagia. Salah satu pagi dari sekian ribu pagi yang membagiakan. Saking bahagianya sampai sujud syukur dan buru-buru ambil wudhu untuk solat Dhuha. Padahal cuman gara-gara sebiji pop up Whatsapp dari seorang bidadari yang dikirim Allah ke bumi Psikologi Undip. Pop up yang munculnya sangat cepat dan melampaui harapan si bocah yang mengirim satu pop up panjang berisi permohonan pengajuan dosen pembimbing. Permohonan yang setelah terkirim, disertai dengan doa-doa panjang sambil tutup mata, dan rupanya benar hujan membuat banyak doa dijabah. Doaku adalah salah satunya. Kali ini aku ingin sujud syukur lagi. 

December 1, 2016

Harta Karun Bau Apak

Petualangan random di awal Desember. Memulai bulan ini dengan sampai di tempat yang menyimpan banyak harta karun terpendam. Mereka berjejer-jejer, bersenggolan, bau apak, menutupi dinding dengan keberadaan mereka yang berlimpah ruah. Mereka beraneka ragam, tidak ada yang satu pun yang sama, punggung mereka ada yang sudah mengelupas, ada yang masih kokoh. Meski begitu, mereka punya satu kesamaan. Sama-sama memanggil-manggil untuk dihampiri. Aku cuman cengar cengir sambil elus-elus punggung mereka satu satu, beberapa aku tarik dari tempatnya, beberapa aku baca sambil ketawa ketiwi. 

Tak Lagi Menggoda

Sudah empat hari berturut-turut sejak ranjang tidak lagi semenggoda dulu. Selama itu pula tidur di karpet rasanya lebih menjanjikan masa depan yang cerah daripada tidur di ranjang. Jenis pemikiran tidak masuk akal yang mungkin juga dirasakan oleh beberapa orang teman yang sedang mencurahkan isi batok kepalanya untuk menyelesaikan skripsi. Atau hanya aku yang berpikir begitu? Ah.. mungkin saja.