June 3, 2017

Piramida Kebutuhan Spiritualitas Versi Saya

Konsep spiritualitas seharusnya kurang lebih sama seperti kata Abraham Maslow tentang piramida kebutuhan manusia. Mulai dari kebutuhan paling dasar yang semua orang lakukan, sampai kebutuhan paling tinggi yang penghuninya tidak sebanyak penghuni kebutuhan dasar. Tapi mungkin inilah yang membuat konsep Maslow sering disebut banyak kelemahannya, bahkan ada yang tidak lagi mengakui si piramida ini sebagai konsep pemenuhan kebutuhan pada manusia. Manusia terlalu kompleks untuk dibuatkan segitiga yang satu per satu tangganya harus dinaiki supaya mencapai puncak. Sama halnya dengan tingkatan kesalehan seseorang yang juga tidak bisa diukur dengan tangga-tangga. 

Tidak ada yang salah dengan logika Maslow tentang pemenuhan kebutuhan dasar terlebih dahulu sebelum mencapai kebutuhan yang lebih tinggi. Tidak ada yang salah pula tentang logika bahwa seseorang bisa saja berhenti pada satu tingkat kebutuhan, lalu tidak pernah merasa perlu mencapai tingkat kebutuhan yang lain. Tapi tiba-tiba ada orang-orang yang terlihat sudah mencapai tingkat kebutuhan yang paling tinggi seperti rajin beribadah, tapi rupanya mengabaikan kondisi fisiknya yang perlu makan dan minum. Ada juga orang-orang yang makan minum sepanjang hari, lalu sudah merasa ada di puncak kebutuhan tertinggi, karena menurutnya ia tak butuh apa pun selain hal-hal fisik. Maslow pun terkaget-kaget, lalu dia bingung sendiri dengan piramida buatannya. Apalagi saya. 

Sama mengagetkannya dengan piramida kebutuhan Maslow yang jadi kacau balau karena beberapa orang mengacau, hal itu terjadi pula pada piramida kebutuhan religiusitas yang saya buat-buat sendiri ini. Melihat dari jumlah penghuni pada setiap kebutuhan, saya pun membuat sebuah piramida sendiri. Kebutuhan paling dasar adalah tentang apa agama seseorang (ada enam agama di Indonesia, silakan sebutkan satu), kebutuhan yang kedua adalah ritual yang rutin dilakukan sehari-hari (tentu berdasarkan agama masing-masing), kebutuhan setingkat di atasnya adalah menerapkan nilai-nilai keagamaan itu dalam kehidupan sehari-hari dan kebutuhan tertinggi adalah menerapkan nilai keagamaan untuk kemaslahatan orang banyak. Di luar konsep tentang batasan pada setiap tingkatan yang pasti berbeda pada setiap orang, idealnya tangga-tangga kebutuhan itulah yang perlu diinjak satu per satu supaya agama tidak sekedar jadi identitas di KTP dan ritual. 

Tangga itu pun kacau balau saat ada orang-orang yang merasa paling shaleh hanya karena setiap hari solat, puasa di bulan Ramadhan dan sudah naik haji. Padahal masih suka malas bekerja atau belajar, sering mengabaikan tanggung jawab, masih suka membicarakan keburukan orang lain, masih suka menilai orang lain berdasarkan agama dan rasnya, masih suka merendahkan fakir miskin, dan lain-lain. Si tangga juga jadi goyah ketika ada yang menganggap dirinya sudah paling benar ketika merasa sudah memberi banyak bagi khalayak tanpa merasa perlu punya tiang-tiang ritual agama. Beberapa orang mungkin tidak sadar bahwa sedang mengacau. Tapi beberapa orang menyadarinya dan justru menjadikan kekacauan itu sebagai hal yang membuatnya berhenti di tingkatan yang ini saja. Merasa sudah cukup lelah dengan yang rutin-rutin saja. 

Bulan puasa ini hendaknya dijadikan momen untuk siap-siap naik ke tangga selanjutnya. Dan ketika sudah tiba di tangga yang lebih tinggi, tangga yang lebih rendah jangan diabaikan, karena tangga itulah yang menopang tangga yang lebih tinggi. Jika saling mengabaikan, maka tak ada lagi gunanya saya membuat piramida spiritualitas, begitu pula dengan Maslow dan piramidanya. Jika diabaikan, maka kebutuhan manusia hanya seperti batu-batu yang bisa dicapai dengan sekali loncat. Tidak ada bedanya antara orang yang ada di batu satu dengan orang yang ada di batu lainnya. Begitu pula dengan orang yang menerapkan nilai keagamaan untuk umat dan orang yang menerapkan agama hanya di kartu identitas. Benarkah kedua jenis orang itu tidak ada bedanya? 

Jadi, piramida Maslow dan piramida spiritualitas versi saya sebenarnya masih berlaku dengan syarat dan ketentuan: 
1. mengetahui secara persis apa itu piramida kebutuhan;
2. penuhi kebutuhan dasar supaya bisa naik; 
3. kalau sudah naik, yang di bawah jangan dibuang supaya tidak jatuh.

Selamat berpuasa 😃
Share:

0 comments:

Post a Comment