March 10, 2017

Undur-Undur

Pengerjaan skripsi beberapa hari belakangan ini sepertinya tidak ada perkembangan. Gitu gitu saja. Tidak maju maju seperti undur-undur. Itu lho, hewan yang merasa hidupnya sangat berfaedah hanya dengan berjalan mundur. Berguling kesana kemari dari matahari terbit sampai terbenam lalu terbit lagi. Hingga akhirnya mahasiswa tuek ini sampai pada kesimpulan bahwa hidupnya kurang lebih seperti undur-undur. 

Topik penelitian si mahasiswa yang satu ini adalah regulasi diri dan perintangan diri. Masalah regulasi diri tidak ada yang mau repot-repot tanya. Tapi masalah perintangan diri.. bahkan Sang Bundadari dosen pembimbing pun bertanya makhluk jenis apakah itu gerangan? Lalu si mahasiswa pun bolak balik memberikan penjelasan kepada setiap orang yang bertanya judulmu apa. Ia pun mulai berpikir untuk mulai meramu sebuah kalimat yang padat ringkas dan jelas untuk jadi jawaban bagi orang-orang yang bertanya apakah itu perintangan diri (self-handicapping). Tapi kalimat sederhana itu tidak kunjung lahir. Akhirnya, si mahasiswa harus menjelaskan dengan berputar-putar. 

Penjelasan yang berputar-putar itu tidak hanya muncul pada pertanyaan tentang judul penelitian. Tapi juga tentang pertanyaan "sampai mana skripsinya?" Kali ini yang berputar-putar bukan penjelasan yang keluar dari mulut si mahasiswa. Yang berputar-putar adalah isi kepalanya yang berusaha menguak fakta tentang maksud di balik pertanyaan "sampai mana" itu. "Sampai mana" merupakan pertanyaan yang menanyakan proses. Proses adalah tahapan dari yang A sampai Z. Berati ketika pertanyaan sampai mana itu diajukan, maka jawaban yang dihasilkan adalah hasil pengerjaan yang berurutan. 

Sedangkan si mahasiswa yang satu ini merasa skripsinya tidak ia kerjakan secara berurutan. Ia loncat loncat dari satu bab ke bab lainnya. Tidak selesai di bab yang ini lalu berlari ke bab yang itu. Bosan di sini lalu lari ke sana. Begitu terus sampai sekarang belum ada yang selesai. Sang Bundadari pun belum tahu sampai kapan mahasiswanya ini akan loncat-loncat dan menghadap untuk bimbingan lagi. Karena si mahasiswa pun belum tahu. Hanya Tuhan dan semesta yang tahu. 

Hingga pada suatu malam, setelah menghadapi fakta bahwa hanya Tuhan dan semesta yang tahu, mahasiswa ini pun mengirim pesan lewat Line kepada bunda yang dulu mengandungnya. Minta tips berdoa supaya tidak malas. Bagus lagi kalau ternyata skripsinya bisa menulis dirinya sendiri. Tapi sepertinya Bunda mengandung terlampau khawatir. Ia ingin bicara via suara dan ia pun lakukan. Semuanya disampaikan Bunda sampai-sampai si mahasiswa pemalas ini rasanya bisa langsung selesai besok skripsinya. Lalu malam ini ia tekadkan untuk melakukan apa yang dibicarakan Bunda tentang Tuhan dan semesta. 

Semoga hidup si mahasiswa skripsi ini tidak lagi seperti undur-undur. 
Share:

1 comment: