May 18, 2017

Dua Pribadi Satu Tubuh

Hari itu tak hujan, tak juga panas. Tapi gadis itu merasakan panas dingin. Dipandanginya tempelan-tempelan to-do list yang sejak enam bulan terakhir ini rutin ia lakukan. Ia akan membuat daftar tentang setiap hal yang harus ia lakukan setiap hari kertas putih yang ditulisinya menyerupai kalender selama satu bulan. Ia rutin menempel to-do list setiap hari dalam kertas putih itu. Rutin juga mengganti kalendernya setiap bulan dengan membuat yang baru. Rupanya ia juga rutin melanggar apa yang ia tulis. Kali ini ia ingin berdalih, ketika menulis daftar hal yang harus dilakukannya dan ketika melaksanakan hal-hal yang sudah ditulisnya itu, terdapat dua orang yang berbeda. Ia yang menulis dan merencanakan adalah dirinya yang berbeda dengan dirinya yang melakukan perencanaan itu. 

Ia mengenal pribadi yang menulis dan merencanakan itu sebagai orang yang sangat terstruktur dan penuh perhitungan. Ia juga sebisa mungkin melakukan sebanyak mungkin hal dalam 24 jam, sehingga rasanya tidak mungkin sedetik pun baginya untuk beristirahat. Sedangkan ia yang melakukan perencanaan, adalah pribadi yang sembarangan, seenak jidat, melewati berbagai hal yang sudah ditugaskan padanya dan lebih parahnya lagi, mengacau dan tidak sedikit pun ia merasa bersalah. Namun, keesokan harinya pribadi yang menulis dan merencakana itu akan mengambil alih lagi. Ia akan merasa bersalah dan mulai menyusun lagi dengan sangat rapi, berharap dirinya yang melakukan perencanaan, akan benar-benar melakukannya. 

Itulah yang diketahui si gadis tentang tubuhnya. Bahwa tubuh ini dimiliki oleh dua pribadi yang berbeda dengan keinginan yang berbeda. Tapi itu hanya akan muncul saat ia sedang merencanakan sesuatu. Ada pada saat hari-hari ia tidak membuat perencanaan, tidak ada seorang pun selain dirinya sendiri yang muncul dan menggunakan tubuh itu. Gadis itu lelah dengan dua pribadi yang bergantian hadir dan mengganggu dirinya itu. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk tidak lagi merencanakan apa pun. Ia akan membunuh si tukang tulis rencana yang seringnya hanya membuat ia merasa cemas dan merasa bersalah. Ia akan membiarkan dirinya yang melakukan apa pun tanpa rencana. Toh gadis itu tahu bahwa dirinya tidak bodoh-bodoh amat untuk mengetahui apa sebenarnya yang ingin ia lakukan sehari-hari. 

Gadis itu pun menyobek apa yang selama ini ada di tembok depan meja kerjanya. Ia tanggalkan semua tempelan to-do list di atas sticky notes warna warni yang semakin hari semakin membuat matanya sakit. Gadis itu terkekeh saat suara sobekan kertas memekakan telinganya. Ia senang dengan suara itu. Lalu, ia mengikis kotak bekas kado ulang tahun yang warnanya merah jambu. Kotak itu berisi beberapa foto ukuran 5R dan seutas tali coklat serta beberapa penjepit kayu bergambar kelinci. Ia kembali merangsak ke tembok dekat meja kerja, lalu mengikat tali pada penyangga rak bukunya. Ia menjejerkan foto-foto pada tali itu dan menjepit fotonya dengan penjepit kayu. Total ada lima foto yang dipajangnya untuk menggantikan kalender buatan tangannya dulu. 

Gadis itu pun mulai menjalani kehidupannya yang baru sebagai penghuni tunggal tubuhnya. Tidak ada lagi yang mendesaknya harus melakukan ini itu, memapar matanya dengan daftar hal-hal mengerikan selama seminggu bahkan sebulan dan begitu saja meninggalkan dirinya dengan kekecewaan dan penyesalan saat hal-hal mengerikan itu tidak sanggup dilakukannya. Gadis itu kini senang bahwa yang dipandanginya setiap kali bekerja adalah foto dirinya dengan teman dan keluarga. Semua foto itu adalah foto senyuman. Foto yang membuatnya mau tak mau juga selalu ikut tersenyum. Senyuman yang tidak pernah ia temukan waktu memajang daftar hal yang harus dilakukannya. 

Share:

0 comments:

Post a Comment