April 30, 2017

Membaca Karya Penulis Maha Produktif, Mira W

Sudah lama tidak menyentuh novel-novel roman. Membaca karya Mira W hanya karena Ayah memuja-muja Sang Penulis itu dan mengoleksi entah berapa karya di rak bukunya. Lalu kebetulan ada seorang teman yang punya terbitan terbaru novel Mira W, kebetulan lagi kering bacaan dan jenuh sama skripsi. Tadinya kupikir satu buku itu satu cerita, ternyata ada dua cerita dan pantas saja judulnya panjang (ternyata ada garis pemisah di antara judul yang panjang itu, jadinya judulnya tidak terlalu panjang lagi). 

Ayah kalau lagi memuji Mira W, bilangnya seperti ini "bagus ini novelnya Mira W. Dia dokter tapi produktif menulis. Ada istilah-istilah kedokteran di bukunya (lalu membuka halaman acak pada novel Mira W dan menunjuk istilah yang dimaksudnya, sedangkan aku hanya mengernyit tidak terlalu tertarik)." Ayah memang pingin anaknya ini jadi penulis disamping punya pekerjaan utama, persis seperti Mira W. Bedanya, anaknya ini disuruh jadi dosen atau psikolog, bukan dokter. 

Kenapa jadi malah bicara Ayah? Oke kembali ke topik.

Cerita pertama, judulnya Merpati Tak Pernah Ingkar Janji. Sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan merpati, hanya konotasi. Tentang seorang remaja yang ingin jadi biarawati, tapi harus menghadapi berbagai rintangan selama perjalanannya menjadi abdi Tuhan. Remaja itu diceritakan sebagai orang yang super kurang gaul dan culun punya. Kemana-mana pakai baju gombrong, susah bersosialisasi, dan gampang gugup di mana pun dia berada, terutama di dekat laki-laki. Akhir ceritanya, tebak saja. Sesuai judulnya kok Merpati Tak Pernah Ingkar Janji. 

Kesan setelah membaca cerita pertama, hmm.. biasa saja, karena tadinya yang diharapkan adalah sebuah plot twist yang bikin adrenalin loncat kesana-kemari. Isi kepala pembaca yang bandel ini memang sering mengacaukan sendiri apa yang lagi dibacanya. Awal cerita, sangat menarik. Rasanya pingin cepat-cepat menghabiskan kisahnya, makin kesini, isi kepala makin bermain tentang kemungkinan ending ceritanya. Sudah membayangkan tentang akhir mengejutkan yang tidak disangka-sangka dengan menyangka-nyangka ceritanya. Kemudian setelah sampai ending, baiklah setidaknya ada satu kalimat super yahud yang bikin Si Pembaca ini tidak terlalu kecewa. Nilainya 3 dari 5. Tiga pas bulat, tanpa koma komaan. 

Cerita kedua, Sampai Maut Memisahkan Kita. Endingnya benar-benar seperti yang tepampang nyata pada judulnya. Kisah tentang seorang laki-laki Indonesia yang jatuh cinta pada PSK asal Amerika yang sulit bersatu karena Si Laki-Laki masih punya istri yang tidak mau diceraikan. Cerita ini sukses bikin Si Pembaca ini menyumpah serapah dalam hati terhadap Si Laki-Laki brengsek itu, namanya Febrian (ngomong-ngomong kami lahir pada bulan yang sama, tapi siapa peduli). Tingkat kebrengsekan Febrian dari satu sampai sepuluh adalah lima belas. Tokoh utama ini sukses jadi tipe cowok yang bikin para wanita mengetok-ngetok lantai, mengamit-amiti calon suami mereka nanti supaya jangan sampai seperti dia.

Porsi cerita kedua ini jauh lebih panjang dariapada yang pertama. Resolusinya juga lebih panjang dan konfliknya lebih rumit, klimaksnya juga lebih berasa. Mira W berhasil menggambarkan cinta dari sudut pandang laki-laki super labil dan perempuan penghibur super menggairahkan dengan kultur negara mereka yang berbeda. Pada klimaks cerita, ada satu dua kepingan yang ujungnya tidak ditemukan di akhir. Premis B tiba-tiba muncul di klimaks, tapi premis A-nya tidak ada di akhir. Tapi endingnya dibuat seolah-olah semuanya sudah jelas dan tidak butuh penjelasan lagi. Endingnya benar-benar dibuat begitu saja. Kun fayakun. Jika Mira W berkehendak, maka terjadilah. Persis seperti judul, tapi super mendadak, pembaca bukannya kaget, tapi malah melongo heran. Nilainya 3.2 dari 5. Bonus koma dua berkat kebrengsekan tokoh utama. 

Mungkin cukup buku ini saja dari Mira W yang kubaca. Hitung-hitung ikut respek kepada sesepuh dunia kepenulisan yang sudah menulis selama 40 tahun. Sosok ibu idaman bagi semua calon penulis, sosok nenek idaman barangkali, karena usia Mira W sudah 64. Sosok penulis maha produktif yang sudah menulis 75 novel. Sosok penulis yang rasanya perlu kita sedot ramai-ramai isi kepalanya biar semangat nulisnya menular. 
Share:

0 comments:

Post a Comment