June 14, 2016

Selupa-Lupanya Mengingat



7 Ramadhan 1437 H

Malam itu aku tarawih, di sebelah seorang remaja yang grak gruk grak gruk sepanjang solat karena pilek. Dua orang remaja, bersebelahan yang datang terlambat saat solat Isya dan pulang terlebih dahulu sebelum witir. Aku ingat dulu mungkin ketika seusia dia, aku pernah menghasilkan suara grak gruk serupa yang membuat siapa pun di sebelahku terganggu. Aku terlalu mudah terserang pilek sampai setiap Ramadhan rasanya aku punya malam solat tarawih yang membuatku ber-grak gruk sambil menahan lelehan ingus jatuh ke mukenaku. Aku tidak bilang setelah beranjak ke usia dewasa awal daya tahan tubuhku semakin bagus, tapi beberapa Ramadhan terakhir, mukenaku aman dari kekhawatira ingus yang meleleh.

Mengingat rupanya dapat datang dari hal-hal kecil bahkan gangguang kecil seperti bunyi grak gruk itu. Kata imam solat tarawih malam ini dalam kultumnya, penting bagi sesama manusia untuk saling mengingatkan. Karena sifat alamiah manusia yang cenderung mudah melupakan sesuatu, atau karena sifat manusia yang hobi melupa-lupakan sesuatu yang padahal sangat ia ingat. Mengingat bagiku, selain berasal dari lisan orang lain, juga datang dari stimulus-stimulus ringan seperti yang tadi kusebut, gangguan kecil. Kadang orang-orang terlalu sibuk dengan beberapa hal dalam satu waktu, tidak fokus dan kehilangan makna dari setiap detiknya. Keberadaan tubuhnya di sini tidak membuatnya benar-benar di sini. Sehingga yang muncul adalah hal-hal entah itu masa lalu atau masa depan. Sampai mereka lupa kembali ke masa sekarang untuk mulai melakukan sesuatu untuk saat ini saja. Kekhawatiran datang dari masa lalu dan masa depan, sehingga waktu yang mereka punya hari ini, hilang begitu saja dalam kekhawatiran. Padahal  mengingat hanyalah sesederhana fokus pada detik di mana kau berada. Fokus di waktu dan tempat ini dan fokus memberi makna pada saat ini. Karena sebenarnya kekhawatiran hanya membuat kita kehilangan pijakan pada masa sekarang. 

Tolong enyah dari muka bumi ini, wahai orang-orang manja yang butuh orang lain untuk diingatkan tentang urusan pribadinya sendiri. Atau orang-orang manja yang harus diberi stimulus eksternal untuk memberi makna pada kehidupan dirinya sendiri. Tolong enyahkan harapan-harapan ala pengemis itu dan berhenti membebani orang lain. Ingatkan dirimu sendiri. Jangan pura-pura lupa atau melupa-lupakan. Makna tidak akan datang dari ingatan yang datang dari orang lain. Mungkin bisa saja memicu diri kita, tapi ingatan manakah yang membuat perubahan dan tindakan? Ingatan dari diri kita sendiri. Ingatan yang bisa membawa pada pemaknaan masa sekarang dan konsistensi tindakan untuk menciptakan perubahan positif. 

Dunia punya terlalu banyak manusia untuk ditampung, terlalu banyak hutan gundul dengan foto-foto bumi menangis di internet, tapi yang membuat ingat dan memunculkan ingatan tentang betapa jahatnya manusia dan apa yang bisa dikontribusikan, adalah diri sendiri. Bukan foto-foto dari mbah Google, atau orang lain yang kita mintai jadi pengingat, tapi dari keputusan diri kita sendiri untuk memilih mengingat atau tidak. Untuk memilih mana yang perlu diingat dan mana yang tidak. Untuk memilih ingatan mana yang bermanfaat untuk memaknai masa sekarang dan mana yang hanya membawa kerugian. Sesungguhnya selupa-lupanya manusia adalah yang lupa untuk mengingat. Karena yang Maha Pengingat memang hanya Sang Maha Kuasa.  
Share:

0 comments:

Post a Comment