9 Ramadhan 1437 H
Hari ini
aku marah pada diriku sendiri. Aku menyesal karena dua tiga hari belakangan ini
hanya bermalas-malasan, tidak melakukan apa pun. Tidak lagi fokus seperti
hari-hari yang sempat kurasakan. Pikiranku melayang kemana-mana, kegiatan tidak
tahu apa yang harus dilakukan dan mana yang seharusnya tidak dilakukan. Semuanya
hilang fokus, tanpa arah sehingga pasif. Tenagaku habis hanya karena tidur-tiduran
sambi main handphone. Lalu kuputuskan untuk melakukan perjalanan singkat dengan
diriku sendiri.
Aku
mengendarai sepeda motor tanpa arah dan tujuan sambil mengatakan hal-hal yang membuatku
marah pada diriku sendiri. Mengatakan hal-hal yang membuat diriku sendiri
seperti orang yang paling bodoh dan sia-sia di dunia. Kubuat diriku sendiri
sadar akan kesalahan. Aku bilang bahwa aku akan jadi orang paling sia-sia di
muka bumi apabila aku tidak mulai memberi fokus pada setiap hal yang kulakukan.
Kubilang juga bahwa orang lain dan dunia tidak membutuhkan keberadaan
orang-orang yang bermalasan karena mereka hanya menumpuk menjadi sampah. Indonesia
Raya sudah terlalu penuh dan kehadiranku hanya membawa keterpurukan untuk
peringkat kemakmuran negara ini jika tetap malas. Konsumsiku terhadap sandang,
pangan dan papan hanya membuat limbah dan menghabis-habiskan kekayaan SDA
negara ini jika tiduran sambil main handphone masih jadi kegiatan favoritku. Orang-orang
semacam aku harus dibasmi atau dibuang saja ke laut, mengambang bersama limbah
anorganik. Kukutuk diriku sendiri sampai ciut seciut-ciutnya.
Aku bilang
bahwa masa depanku adalah apa yang kulakukan saat ini. Kubilang usiaku 20 tahun
4 bulan dan belum melakukan apa-apa untuk meraih cita-citaku. Aku bilang pada
diriku sendiri, aku tidak ingin jadi orang tua yang bilang pada anaku untuk
jangan jadi seperti diriku karena dulu masa mudaku tidak kumanfaatkan dengan
baik. Aku tidak ingin jadi orang tua yang masih berandai-andai meraih cita-cita
yang sudah jauh ketinggalan di belakang masa muda. Aku tidak ingin jadi orang
tua yang menitipkan cita-citaku untuk anak-anakku, lalu membuat beban besar di
pundak mereka. Aku tidak ingin membuat diriku terlihat begitu menyedihkan
sampai anak cucuku harus mengasihaniku. Aku tidak ingin menyerah hanya karena
waktu yang membuatku menyerah. Aku tidak ingin kalah hanya karena rambut putih
dan keriput menggerayangi wajahku. Aku tidak ingin jadi orang tua yang
mengemis-ngemis hanya karena dijajah kemalasan.
Aku berhenti
dari perjalanan penuh renunngan itu dengan sebuah tekat. Kuingatkan diriku
bahwa aku punya 8 bulan lagi sebelum berusia 21 tahun. Sebelum kepala yang
sudah terlanjur dua ini bertambah satu anaknya. Sebelum bulan ini terlanjur
jadi bulan depan, sebelum minggu ini terlanjur jadi minggu depan, dan sebelum
hari ini jadi besok. Sebelum masa muda menjadi masa tua, sebelum kehidupan jadi
kematian. Sebuah tekat yang hanya kuceritakan pada Tuhan dan kupercayakan
pada-Nya untuk menjaganya untukku.
Wow that's magna cogitans!
ReplyDelete