4 Ramadhan 1437 H
Hingga
hari keempat puasa ini, aku selalu menghabiskan waktu buka puasa bersama teman-teman.
Kebersamaan bersama orang-orang yang tadinya asing, kebersamaanya yang tidak
pernah kusadari bisa semembahagiakan ini. Aku tidak pernah tahu bahwa sekedar
perbincangan sederhana selepas berbuka, lalu tertawa seperti orang gila, akan
membuat entah apa pun itu yang berdegup di dalam diriku, melompat lebih tinggi
seperti overdosis pil kebahagiaan.
Malam
itu, kami menghabiskan waktu buka puasa bersama dan pergi ke Citra Land yang
awalnya katanya cuman mau beli es krim, tapi akhirnya kami keterusan sampai
sahur bersama ala emak-emak yang memakani anak-anaknya. Kutemukan diriku ada di
lingkaran orang-orang yang kutubnya berlainan sehingga sulit untuk tidak
mendekat. Rasanya ganjal, aku dulu terlalu jauh dari perasaan-perasaan semacam
ini. Mengapa harus menghabiskan waktu bersama-sama? Bukankah menyendiri juga
tak kalah menyenangkan? Entahlah mungkin karena ini adalah semacam tali tak
kasat mata bernama pertemanan. Tali yang memberi kebahagiaan sehingga membuat
candu. Padahal kami hanya sekumpulan anak perempuan beranjak dewasa yang
sama-sama menggosip tentang laki-laki idaman untuk dijadikan pendamping hidup,
atau sekedar lipstik yang bagus untuk menggoda mereka. Lalu kenapa begitu
menyenangkan?
Aku
betanya-tanya, apakah aku satu-satunya orang di dunia ini yang bermimpi tinggal
di dunia yang berpenduduk satu orang yaitu diriku sendiri? Tidak perlu mengenal
orang lain, tidak perlu merasa butuh kehadiran orang lain, tidak perlu khawatir
akan disakiti karena orang lain, hidup hanya dengan kebutuhan untuk pemenuhan
kepuasan diri, alih-alih melibatkan milik orang lain juga.
Sepertinya
pertemanan bukan tentang memilih si A, B atau C. Tapi tentang ketidaksengajaan
yang membuat beberapa orang terperangkap dalam satu situasi, satu kelompok,
satu perbedaan yang membuat sama. Situasi yang membuat bersama, lalu memutuskan
untuk secara tidak langsung mendeklarasikan diri sebagai teman. Deklarasi yang
terjadi tanpa perlu kata dan ucapan apa pun. Deklarasi yang ketidaksadaran kejadiannya
sudah disadari bersama, sehingga tidak ada yang mau mengaku karena sudah
sama-sama tahu. Mungkin itulah sebabnya Tuhan menciptakan pertemanan. Because it contains happiness.
0 comments:
Post a Comment