June 14, 2016

Dia yang Datang dan Pergi



8 Ramadhan 1437 H

Malam itu ia bicara tentang alasan kenapa kubiarkan ia mendekatiku hingga sejauh ini. Dari satu dua tiga lelaki yang mendekat. Aku tidak bisa menjawab. Seharusnya jawabannya hanya sesederhana karena aku menikmati didekati kamu. Sampai sekarang pun. Mungkin aku bisa dekat dengan si X Y Z, tapi ketika aku tidak menikmati kedekatan itu, responsku tidak akan membuat mereka bertahan lama. Satu per satu dari mereka akan gugur lalu hilang tak berbekas, tapi aku tidak menyesal karena aku memang tidak menaruh minat. Mungkin ada si X yang bertahan lama sekali, sungguh lama, (entah berapa perempuan yang didekatinya selama itu) aku bahkan sudah diculik ke hadapan orang tuanya, ia sudah ceritakan segala sesuatu tentang keluarganya, tapi akhirnya ia tidak bertahan dan menghilang dengan yang lain.

Aku tidak menyesal. Sama sekali. Pun jika orang yang saat ini dekat denganku lalu menghilang dan jalan dengan yang lain, aku tidak akan menyesal. Tidak akan sakit hati pula. Aku mendoktrin diriku sendiri untuk jangan bergantung pada kehadiran orang lain selain keluargaku sendiri. Mereka yang awalnya orang asing, bisa datang dan pergi begitu saja, lalu akan bahaya jika aku terlalu bergantung, terlalu tidak ingin ia jauh dan lepas dariku, atau terlalu membutuhkannya untuk hidup. Aku akan gila karena rasa kebergantungan yang salah tempat gantungan. Meski tidak ada yang tahu gantungan mana yang benar dan mana yang salah. Aku menjaga dan menghargai apa yang ia berikan padaku. Aku merespons dalam kapasitas kontrol otak dan hati dengan pertimbangan faktor resiko yang sudah kuantisipasi. Bilang aku berhati batu. Iya. Memang. 

Tapi lagi-lagi, aku bersyukur. Pengalaman pertama selama dua puluh tahun kehidupanku. Perasaan yang begitu asing, begitu aneh dan mengganjal. Jenis-jenis perasaan yang kupikir terlalu jauh karena hanya terjadi di novel, film, atau kehidupan orang lain, kini begitu dekat atau bahkan terlalu dekat. Jika si dia dan perasaan ini disampaikan padaku karena memang yang terbaik adalah untukku merasakannya, maka aku akan merasakannya dengan kemampuanku. Namun jika suatu saat si dia dan perasaan ini diambil dariku untuk suatu alasan entah yang kumengerti atau tidak, maka akan kuserahkan keseluruhannya tanpa bersisa. Sejauh ini, aku mensyukuri apa yang kuperoleh dan apa yang tidak kuperoleh. Karena tidak ada kepemilikan selain milik-Nya. Tidak ada kebahagiaan dan rasa cinta selain dari-Nya.
Share:

0 comments:

Post a Comment