8 Ramadhan 1437 H
Malam itu
ia bicara tentang alasan kenapa kubiarkan ia mendekatiku hingga sejauh ini. Dari
satu dua tiga lelaki yang mendekat. Aku tidak bisa menjawab. Seharusnya jawabannya
hanya sesederhana karena aku menikmati didekati kamu. Sampai sekarang pun. Mungkin
aku bisa dekat dengan si X Y Z, tapi ketika aku tidak menikmati kedekatan itu,
responsku tidak akan membuat mereka bertahan lama. Satu per satu dari mereka
akan gugur lalu hilang tak berbekas, tapi aku tidak menyesal karena aku memang tidak
menaruh minat. Mungkin ada si X yang bertahan lama sekali, sungguh lama, (entah
berapa perempuan yang didekatinya selama itu) aku bahkan sudah diculik ke
hadapan orang tuanya, ia sudah ceritakan segala sesuatu tentang keluarganya, tapi
akhirnya ia tidak bertahan dan menghilang dengan yang lain.
Aku tidak
menyesal. Sama sekali. Pun jika orang yang saat ini dekat denganku lalu
menghilang dan jalan dengan yang lain, aku tidak akan menyesal. Tidak akan
sakit hati pula. Aku mendoktrin diriku sendiri untuk jangan bergantung pada
kehadiran orang lain selain keluargaku sendiri. Mereka yang awalnya orang
asing, bisa datang dan pergi begitu saja, lalu akan bahaya jika aku terlalu bergantung,
terlalu tidak ingin ia jauh dan lepas dariku, atau terlalu membutuhkannya untuk
hidup. Aku akan gila karena rasa kebergantungan yang salah tempat gantungan. Meski
tidak ada yang tahu gantungan mana yang benar dan mana yang salah. Aku menjaga
dan menghargai apa yang ia berikan padaku. Aku merespons dalam kapasitas
kontrol otak dan hati dengan pertimbangan faktor resiko yang sudah
kuantisipasi. Bilang aku berhati batu. Iya. Memang.
Tapi lagi-lagi,
aku bersyukur. Pengalaman pertama selama dua puluh tahun kehidupanku. Perasaan yang
begitu asing, begitu aneh dan mengganjal. Jenis-jenis perasaan yang kupikir
terlalu jauh karena hanya terjadi di novel, film, atau kehidupan orang lain,
kini begitu dekat atau bahkan terlalu dekat. Jika si dia dan perasaan ini
disampaikan padaku karena memang yang terbaik adalah untukku merasakannya, maka
aku akan merasakannya dengan kemampuanku. Namun jika suatu saat si dia dan perasaan
ini diambil dariku untuk suatu alasan entah yang kumengerti atau tidak, maka
akan kuserahkan keseluruhannya tanpa bersisa. Sejauh ini, aku mensyukuri apa
yang kuperoleh dan apa yang tidak kuperoleh. Karena tidak ada kepemilikan
selain milik-Nya. Tidak ada kebahagiaan dan rasa cinta selain dari-Nya.
0 comments:
Post a Comment