5 Ramadhan 1437 H
Hari ini giliran buka bersama saudara satu daerah. Menyempatkan diri untuk singgah di asrama setelah rapat yang cukup menguras pikiran. Kebahagiaan lainnya, terpujilah Allah Tuhan semesta alam yang menciptakan waktu makan untuk beberapa kepala berkumpul lalu tertawa-tawa terlampau bahagia. Maha Suci Allah yang menciptakan bulan Ramadhan untuk orang-orang yang tidak punya waktu berkumpul untuk sekedar makan, lalu jadi bisa makan bersama. Menyempatkan waktu, saling mengenal, didatangi kebahagiaan tanpa perlu mencari. Antusias terhadap banyak hal, menyambut yang akan datang dengan suka cita, lalu membahas dengan suka cita lagi.
Hari ini giliran buka bersama saudara satu daerah. Menyempatkan diri untuk singgah di asrama setelah rapat yang cukup menguras pikiran. Kebahagiaan lainnya, terpujilah Allah Tuhan semesta alam yang menciptakan waktu makan untuk beberapa kepala berkumpul lalu tertawa-tawa terlampau bahagia. Maha Suci Allah yang menciptakan bulan Ramadhan untuk orang-orang yang tidak punya waktu berkumpul untuk sekedar makan, lalu jadi bisa makan bersama. Menyempatkan waktu, saling mengenal, didatangi kebahagiaan tanpa perlu mencari. Antusias terhadap banyak hal, menyambut yang akan datang dengan suka cita, lalu membahas dengan suka cita lagi.
Rumah rasanya
tidak lagi terlalu jauh. Rumah hanya beberapa langkah dan itulah rumahku,
dengan kakak, adik dan teman sebaya dari beda orang tua. Rasanya tidak ada lagi
homesick karena kini rumah begitu
dekat, soto banjar hanya 30 menit, asrama hanya dua menit. Pesan makanan ala kampung
halaman juga tinggal SMS dan datanglah mereka berbungkus-bungkus. Setelah ini
rencananya akan ada bukber selanjutnya dan akan lebih ramai dengan kakak-kakak,
salah satu ada yang tukang incar ading-ading (ading= adek) gemay.
Aku tidak
lagi butuh belas kasihan orang karena hanya pulang setahun dua kali. Aku tidak
butuh lagi kesedihan-kesedihan receh hanya karena kangen rumah. Aku lupa
rasanya rindu bicara bahasa daerah. Aku sudah punya penawar kangen yang terlalu
sulit diabaikan. Mungkin Tuhan memang menciptakan hambanya dalam satu daerah
lalu memecah-mecah mereka, untuk menjadi satu di tempat yang lain. Tuhan
membiarkan mereka tidak saling kenal meski tinggal saatu daerah, tapi membuat
mereka saling sayang di tempat yang lain. Tuhan membuat mereka begitu jauh di
tempat yang dekat, tapi begitu dekat di tempat yang jauh. Sehingga mereka bisa
menciptakan rumah-rumah penawar rindu versi mereka sendiri.
Orang tua
kami tidak perlu khawatir lagi, takut anaknya akan pingsan saking kangennya
pada rumah. Takut anaknya stres sampai gila karena mengingat keluarga yang
terlalu jauh di pulau seberang. Hal-hal semacam itu tak ada lagi gunanya. Orang
tua mereka juga tidak perlu khawatir jika anak mereka sakit, karena satu nama
daerah yang sama sama kami pasang sebagai identitas, akan membawa kami secara
otomatis ke rumah sakit untuk mengantar anak mereka yang sakit. Ramadhan ini,
aku tidak terlalu rindu rumah. Karena rumahku begitu dekat.
0 comments:
Post a Comment