July 23, 2014

Ramalan Kopi Turki dan Nasi Goreng



Minggu, 13 Juli 201414 Ramadhan 1435 H

Kopi super pahit dari Turki. Makanya dikasih permen buat ngilangin pahit
Langit bersinar dengan siraman cahaya matahari yang disertai kicauan burung dan 3 manusia (aku, Ken, dan Coskuu) yang numpang tidur di rumah seorang gadis Rusia bernama Katya, sudah bangkit dari tempat tidur masing-masing, merangsak ke dapur untuk sebuah ritual ajaib. Di hadapan kami, sudah ada secangkir kecil kopi Turki dengan beberapa bulir busa di permukaannya. Walopun sebenernya si kopi pahitnya kayak jamu temulawak yang ditaburin obat puyer paracetamol, bagian menariknya adalah pas si kopi udah habis, dan menyisakan sisa kopi dengan bentuk abstrak di dasar cangkir. Si gadis pembuat kopi, Coskuu, duduk tegak dengan tampang songongnya dan menggenggam sebiji cangkir yang kopinya udah habis diminum. 


Bareng babushka (nenek) dan Ken
Sisa kopinya, keliatan kayak cat tumpah atau gambar anak playgroup yang baru belajar megang pensil. Tapi bagi Coskuu (pura-puranya) setiap bercak dan garis punya arti yang menggambarkan kehidupan si peminum kopinya itu. Berdasarkan penerawangan ngasalnya Coskuu, aku bakal dihadapkan dengan pilihan, aku harus memutuskan mana yang akan kupilih, dan bakal ada rintangan untuk ngambil pilihan itu.

Selanjutnya, dalam hati aku ngucapin permohonan, trus Coskuu numpahin sedikit sisa kopi ke alas piring cangkirnya. Kalo tumpahannya mbleber, berarti permohonanku bakal terwujud. Tapi... hellooowww.. everyone defnitely have to make a choice, and it's not always easy to decide a choice. Hal-hal kayak gitu sebenernya cuman ngasih tau apa yang pasti akan dialami semua orang. Yaah.. lagian juga si ibu Turki bilangnya juga ngasal. Nyiahahahaha. 

Hidangan dan babuska dan nasi goreng yang gagal
Selanjutnya, perut-perut kelaparan ini melanjutkan petualangannya ke rumah neneknya Katya. Dengan Bahasa Rusia yang nyambung mulu tanpa ada henti, nenek menyambut kedatangan kami. Perut kami pun sama berbinar-binarnya dengan mata kami pas nemuin meja makan di ruang keluarga sudah terisi penuh dengan hidangan. Ada roti, selai raspberry, sup sayur mayur, dan minuman khas Rusia, kompot (nggak tau tulisannya gimana, tapi kata Katya sih kompot). Sebenernya makanannya biasa aja, tapi keramahan dari nenek dan kakek lah yang bikin makanannya semakin enak. It feels like home, for sure :) 
Aku dan Coskuu dengan hidangan dari babushka

Aku baru tau bahwa ternyata nasionalisme berkaitan dengan kondisi perut. Bahkan ketika perut udah penuh banget. Aku dan Ken, dengan senang hati menerima penawaran nenek untuk masakin mereka nasi goreng. Kami cuma pake bumbu ala kadarnya, termasuk masukin kecap asin. Gegara aku sama Ken biasanya cuman masak nasi pake rice cooker, ketika dihadapkan dengan kondisi harus masak nasi pake panci, yang terjadi adalah, kami berhasil memproduksi arang di dasar panci (baca: gosong). Baunya sama sekali nggak enak dan warnanya item arang. Tapi untungnya, kami masih bisa menyelamatkan beberapa bulir nasi, di bagian tengah sampai bagian atas pancinya. Nasi goreng pun jadi, dengan kondisi menyedihkan lantaran nasinya yang lembek mblenyek dan bau gosong yang nggak berhasil ketutup sama bumbu yang ala kadarnya itu
 
Ruang tengah rumah babushka
Pas nasi goreng udah tersaji dengan imutnya di meja makan, aku dan Ken bersiap untuk menerima caci maki gegara eksperimen gagal kami. Tapi, emang lidah orang Eropa rada ajaib atau gegara mereka pikir begitulah rasa nasi goreng yang sebenernya, mereka bilang enak dan bahkan ngabisin nasi gorengnya sampai tak tersisa secuil pun. Sedangkan kami si tukang masaknya, cuma bisa memandang dari kejauhan masakan kami, sambil nahan muntah karena bau dan rasanya yang menurut kami nggak enak sama sekali.
Share:
Location: Rostov na Donu, Oblast Rostov, Rusia

0 comments:

Post a Comment