Sabtu, 12 Juli 2014—14 Ramadhan 1435 H
Lapangan olahraga dari lantai 8 |
Dapur di asramanya Fadis |
Matahari bersinar dengan cerahnya, angin sepoi bikin
hijabku berkibar-kibar (tinggal dikasihin tiang aja udah jadi bendera), kakiku
sudah mulai lepas dari tempatnya bertengger, dan punggungku sudah jadi selemas
agar-agar. Pas aku liat ranjang dengan guling super empuk di kamar Fadis,
jendela yang sedikit kebuka dengan pemandangan lapangan basket dari lantai 8,
dan nyanyian burung-burung di tengah senyapnya asrama itu, satu-satunya hal
yang pingin aku lakukan (tapi mustahil) adalah teriak, “Wohoooo!! Akhirnyaaa
beneran nyampe Rusiaaaa!!!” Tapi, karena tuh cowok kayaknya nggak bisa
berekspresi selain -___- jadi aku nggak mau mengganggu ketenangan hidupnya
dengan teriakan sarap semacam itu. Walaupun mulutnya agak susah mangap, tapi
dia sebenernya baik, he lent me his bathroom, bed, kitchen, and balcony.
But why didn’t you lend me your smile, dude? Why.. oh why??
Para pejalan kaki masih lalu lalang di jalan yang
lurus, baju-baju ala musim panas masih cetar membahana ulala, huruf-huruf Rusia
masih tetep kebalik (atau sebenernya mataku yang kebalik), dan aku masih teguh
dengan kerongkongan yang kering kerontang bagaikan rumah habis kebakaran. Tapi
rumah yang kebakaran itu akhirnya kedatangan pemadam kebakaran juga setelah
sekian ribu langkah cepat ke terminal menuju rumah host family. Ketika
dahaga orang-orang yang puasa di tanah air udah ditanggulangi dengan takjil es
buah atau es kolak pisang, pertahanan diriku ambrol. Sebenernya aku pingin
sekali-kali ngerasain gimana rasanya pingsan, tapi udah beneran nggak bisa
nahan lagi. Nggak kebayang gimana rasanya aku harus puasa sampe nanti jam 10
malem. Di perjalanan ke hostfam sekitar jam 4 (GMT+4), akhirnya
kesegaran air mineral es pun memenuhi kerongkonganku, memperbaiki tegangan
konslet otakku dan boost up my mood. Ampuuun, Gustiiii... Nyuwun
pangapurooo TT-TT
Cara jalan orang Rusia yang melebihi kecepatan
cahaya, gimana mereka bisa naik turun bis dan sampai di tujuan dengan kondisi
segar bugar, adalah satu keajaiban buat bocah letoy ini. Perjalan dari pusat
kota Rostov ke rumah host family, makan waktu sekitar 1 jam dengan 3
kali pindah-pindah bis. Dari sekian banyak bis yang aku naikin selama beberapa
jam pertama di Rostov, ada satu hal aneh yang aku temukan. Beberapa orang
memilih untuk berdiri di depan atau tengah meskipun mereka tau masih banyak
kursi kosong di belakang. Waktu itu aku mikir, mungkin gegara mereka menghargai
kalo ada orang tua yang mau duduk di kursi itu, tapi di situ nggak ada orang
tua sama sekali. Entahlaah.. mungkin
rumput yang bergoyang tau jawabannya.
Ratu tidur, Coskuu di rumah Katya |
Untuk bocah yang aru pertama kali melalang buana
ke negeri orang, ketemu sama manusia sesama tanah air adalah hal yang paling
membahagiakan. Kayak aku waktu ketemu sama Ken pas baru nyampe di rumah host
family. Itu pertemuan pertama kami, tapi rasanya kayak sahabat karib yang
nggak ketemu selama sepuluh tahun karena terpisah ruang dan waktu. Selain Ken
dari Malang, ada satu lagi cewek namanya Coskuu dari Turki (namanya bagus buat
nama kucingku kayaknya). Di rumah itulah kami tinggal sama si empunya rumah,
cewek Rusia, AIESECer juga, namanya Kayta. Dan dimulailah penjelajahanku di
rumah Katya. Hehehehehe...
to be
continued...
0 comments:
Post a Comment