July 17, 2014

Persiapan ke Rusia

Jumat, 11 Juli 2014—13 Ramadhan 1435 H

Mata masih bulukan, nafas masih semerbak ketika ada kekuatan gaib berbentuk bunyi alarm membangunkan tubuh letoy ini. Pukul 12 tengah malam. Rasanya pingin nampar dan nyubitin diri sendiri gegara nggak habis pikir hari ini akhirnya tiba juga. Aku bakal terbang ke negara tempat brojolnya bocah kecil nyebelin bernama Masha. Yap, Rusia. Thanks to AIESEC. Jasa-jasamu akan selalu kukenang. Karenamu, bocah bau kencur ini akhirnya bisa bermimpi bahwa mimpinya untuk ke luar negeri akan segera terwujud.

Setelah mendekam di rumah nenek di Tangerang selama seminggu, setelah sempet klepek-klepek gegara staff ganteng di Russian Ambassy pas bikin visa, setelah kaki gempor dan berasa mau terbang akibat muterin SDBC (Sudirman District Bussiness Center) buat bikin travel insurance, setelah berekspansi ke setiap penjual baju di Tanah Abang buat nyari baju kaos, setelah galau sampai hampir sarap gegara nggak bisa ikut pemilu (pingin nyoblos Jokowi padahal), dan setelah puasa 12 hari tanpa bolong, akhirnya kaki ini akan melangkah ke benua orang.  

Senjata yang dibawa ke Bandara Soekarno-Hatta, nggak cuman koper dan tas, tapi juga rantang, sendok, piring, daging, nasi plus kripik tempe. Ibu bilang, "ini terakhir kalinya kamu sahur pake makanan Indonesia sebelum ke Rusia. Jadi harus dinikmati." Aku, Opi (another bocah kencur), ibu, Om Iwan, Om Janol, dan mami (biar keliatan muda nggak mau dipanggil nenek), pun menggelar piknik di bandara. Kripik tempe dalam kecepatan cahaya berubah menjadi plastik tak bernyawa. Nasi bekas kemaren dan daging dingin yang lembek-lembek nikmat pun lenyap ke perut masing-masing.

Share:
Location: pionerskiy lager' Zelenyy Gay, pionerskiy lager' Zelenyy Gay

0 comments:

Post a Comment