July 19, 2014

Welcome in Rostov!



Sabtu, 12 Juli 2014—14 Ramadhan 1435 H


Setelah perjalanan 20 jam dari tanah air dan sempet sahur di pesawat pake Kit Kat yang katanya nolong saat mulai lapar, akhirnya aku sampai di kota tujuan, Rostov. Di bandara Rostov, ada cowok bawa kertas dengan tulisan AIESEC. Mataku berbinar-binar dan senyum sumringah terpancar dengan cerahnya dari wajahku yang udah nggak ada bentuknya itu. Okay, I was expecting that he would be saying like, "Hi, Kalista. How do you do? How was your trip? Let me help you bringing your bag." Tapi setelah momen senyum-senyuman kemudian, yang terjadi adalah...... krik....krik....krik...... *jangkriknumpanglewat*.  

Sebagai calon psikolog yang perlu mengerti orang lain, I tried to break the ice. Tanya ini itu, nyengar nyengir sendiri, ngakak kayak orang bego, sampai capek sendiri dan aku malah ditinggal tidur. Waw, you are so friendly, dude. Setelah 3 jam tidur di waiting longue bandara yang kursinya sekeras bata, jam 6 pagi, kami cap cus ke asrama si cowok itu (oh iya, namanya Fadis). Entah karena faktor kaki pendek atau kurang gizi, aku selalu kalah sepuluh langkah dibandingin Fadis. Dia teriak, "fast! fast!" Dan aku rasanya pingin ngegampar tuh cowok, trus nyumpel mulutnya pake kulit manggis. Di luar fakta menyebalkan bahwa cowok itu jalannya cepet banget dan orangnya diem banget, aku menikmati perjalanan dari bandara ke asrama Fadis. 

Di bis, aku tersepona maksimal sama huruf-huruf alfabet kebalik yang terpampang nyata di setiap pertokoan pinggir jalan. Dari jendela bis, aku ngeliat bule-bule berlalu lalang dengan baju musim panas mereka yang oh-so-hot, aku denger percakapan mereka yang kedengarannya kayak asdfghjklqweryuiop untuk telinga Indonesiaku. Perjalanan menuju ke-entah-ke-mana itu, perlu naik bis dua kali. Di bis yang kedua, aku duduk sendiri dan cowok itu jagain barang bawaanku di deket pintu tengah bis. Rasanya kayak mimpi bisa ke luar negeri begini, kayak orang-orang gaul juga. Nyiahahahaha. 

Tiba-tiba, ada seorang nenek duduk di sebelahku, ngomong ke aku pake Bahasa Rusia. Aku nggak ngerti satu kata pun, tapi I believe the power of Bahasa Tarzan body language. Sang nenek dengan daster merah tanpa lengannya, nutup-nutupin kepalanya pake tangan, sambil bilang beberapa kata yang kedengerannya kayak asdfghjklqwertyuiop. Si nenek tanya, "apa nggak papa panas panas begini nutupin kepala pake begituan (hijab)?" Sambil nunjukin semua deretan gigiku, aku ikut ngangkut-ngangkut tanganku ke hijabku, sambil ngangguk-ngangguk dan ngacungin jempol, bilang bahwa, "it's hot but it's okay." Well, mungkin aku harus latihan beberapa bahasa tarzan lagi untuk jelasin berbagai hal lain.

Share:
Location: Rostov na Donu, Oblast Rostov, Rusia

0 comments:

Post a Comment