Senin, 14 Juli 2014
Taman di pinggir Sungai Don |
Pagi yang cerah dan kaki-kaki kecepatan cahaya
milik Katya sudah melaju dengan gontainya dari rumahnya yang di pedesaan, naik
bis menuju pusat kota Rostov. Dua cewek dari Indonesia dan satu cewek dari
Turki dengan kecepatan kaki pas-pasan pun ngikutin dari belakang sambil nyuwun
pangapuro ke kaki-kaki kami karena sudah memaksa mereka untuk ngikutin gaya
jalannya orang Rusia. Perjuangan kami pun membuahkan hasil, akhirnya kami
sampai di sebuah taman kota di pusat kota Rostov, ketemu beberapa orang exchange
participant yang lain. Ada cowok dari Columbia namanya John dan udah
nyelesaiin project-nya, cowok dari Mesir namanya Omar, dan satu cowok
lagi dari Turki namanya John (juga).
Restoran di pinggir Sungai Don |
Sinar matahari lumayan terik untuk jadiin aku
tempe goreng, tapi pepohonan yang tumbuh dengan bahagianya di kanan kiri taman,
bikin beberapa butir anak kecil bisa dengan ademnya berlari-larian sambil
megangin balon gas mereka. Kami, para exchange participant, duduk di
bagian sentral taman, di bangku-bangku yang bentuknya kayak tempat duduk
penonton di bioskop, dengan panggung mini di hadapan kami. Di sana, kami mulai
berbagi cerita tentang hari-hari pertama kami di Rostov. John (dari Columbia
yang udah nyelesaiin project-nya) dengan semangat 45, menggambarkan
betapa bahagianya dia berada di summer camp bareng anak-anak yang dia
ajarin Bahasa Inggris. Dia mengilustrasikan setiap detail kebahagiaan dari summer
camp itu seolah-olah dia mau tinggal di sana selamanya dan nggak mau balik
ke kampung halamannya. Itulah yang bikin aku semakin ngiler dan nggak sabar
untuk cepet-cepet ke summer camp.
Hi, AIESEC! What's Up?! |
Menikmati keindahan kota Rostov, nggak lengkap
tanpa cuci mata di tepi Sungai Don. Sungai yang jadi nama belakang kota Rostov.
Rostov-on-Don. Beberapa orang AIESECer dari Local Comitee Rostov juga ikut
nemenin kami para pelancong yang haus akan plesiran ke tempat-tempat baru di
negeri orang ini. Di tepi sungai, ada patung Sherlock Holmes di antara
bunga-bunga warna warni yang bermekaran. Gegara di tanah air nggak pernah liat
yang begituan, bocah ababil ini pun langsung berlari menyongsong tempat si Pak
Holmes berdiri dengan gagahnya, bersama cerutu di tangan kirinya. Selain itu,
kami juga menyerbu sebuah papan dalam huruf Cyrillic (alfabet Rusia) yang
artinya I love Rostov. Lumayan bisa buat ganti profile picture yang udah
bulukan. Nyiahahahaha.
Di pinggir Sungai Don, sudah terpampang nyata
sebongkah kapal yang siap mengangkut manusia-manusia yang haus akan petualangan
di pinggir sungai ini. Dengan membayar 200 rubel, kami pun langsung loncat ke
lantai 2 tuh kapal. Lantai 1 adalah tempat orang-orang pesen makanan dan
minuman untuk dinikmati sambil menikmati hembusan angin sepoi dan ketenangan di
Sungai Don. Nah, di lantai 2, tersedia meja dan kursi untuk ngobrol sambil nge-joke
atau sekedar melamun sambil nyemilin sendal sesuatu. Dari kapal, kita
bisa nikmatin pemandangan Sungai Don yang permukaannya tenang, tepi sungai yang
dipenuhi restoran mengapung, dan kapal-kapal dari pelabuhan Rostov yang
ngangkut hasil-hasil tambang. Jangan
bayangin restoran ala kadarnya yang peralatan makannya dicuci pake air sungai.
Restoran di pinggir Sungai Don, bentuknya bener-bener restoran tempat orang
bisa makan dengan enak dan nikmatin pemandangan yang menenangkan jiwa raga hati
serta sanubari.
Angin yang awalnya sepoi-sepoi, lama-lama semakin
kenceng, bikin mata semakin sipit, dan perut semakin kembung gegara masuk
angin. Sungainya biasa aja sebenernya, tapi yang bikin spesial adalah, penataan
wilayah di sekitar sungainya. Beda banget sama di tanah air yang sungainya
dipake semaksimal mungkin untuk kemakmuran pehiral sampah menyampah. Saran
untuk sungai di tanah air, nggak perlu ada restoran mewah deh, yang penting
sungainya bersih dulu, itu aja (iya, itu aja. Dikira bersihin sungai kayak
bersihin ketek?).
to be continued...
0 comments:
Post a Comment