December 28, 2016

Berpikir Khawatir

Kemarin aku antar dia pulang, kulepas dia pergi demi sesuatu yang lebih baik. Beberapa hari ini kami selalu bersama, bersama karena sebentar lagi akan terpisah jarak (walaupun hanya untuk waktu yang singkat dan walaupun internet membuat semuanya terasa dekat). Aku tidak bilang apa-apa tentang merindu, tapi aku tau akan rindu padanya. Aku sudah melambai-lambai dari tempatku berdiri dan memasang senyum paling manis padanya yang sudah masuk bis menuju kampung halamannya. 

Sebelum bis itu datang membawa tubuhnya jauh dariku, kami duduk sebelahan di antara para calon penumpang lainnya yang juga sedang menunggu bis. Menunggu sekitar tiga puluh menit dengan jenis obrolan macam-macam, salah satu obrolannya adalah tentang mengunggah fotoku ke instagram, foto dengan origami hati super kecil dengan wajahku yang diblur. Menggelikan. Aku tidak pernah secepat itu untuk memutuskan mengunggah foto ke instagram, aku selalu memilih dan menyunting semua fotoku dengan waktu yang lama, menimbang-nimbang dengan suntingan macam apa yang membuat wajahku tidak terlihat terlalu lebar. Tapi saat itu, ia menyunting dengan cepat dan memilih foto dengan cepat pula. Foto semacam itu jelas bukan jenis foto yang akan masuk ke galeri instagramku, tapi tidak dengan dia. Foto itu masuk ke galerinya dengan sukses, dengan caption super alay yang kutulis dengan bahasa dan huruf Korea. 

Lalu malamnya, seorang teman curhat tentang kekasihnya yang agaknya kurang perhatian. Aku tidak memberi saran yang macam-macam, tapi sepertinya aku sudah berlagak sok tau. Satu hal yang membuatku sadar dan baruku dengar dari si teman itu, bahwa ia mengharapkan kekasih seperti punyaku. Dia bilang bukan hanya karena the look, tapi juga the attitude. Aku tidak pernah tau apa yang dia maksud, sampai pada akhirnya aku sadar bahwa selama ini aku terlalu banyak mempertanyakan, mengkhawatirkan, dan membandingkan. Suatu hari aku berpikir tentang mengakhiri hubungan aku dan dia, pada hari yang lain aku berpikiran tentang mencari orang lain sebagai kekasih, pada hari yang lain aku pikir lebih baik aku jomblo seumur hidup. Pikiranku selalu kemana-mana dan selalu membuatku khawatir. 


Aku ingin berhenti berpikir khawatir. Tapi tidak tahu caranya. Hal paling menjanjikan pun punya sisi paling mengkhawatirkannya masing-masing. Mari kita nikmati saja dan mari kita jalani saja.
Share:

0 comments:

Post a Comment