December 27, 2016

Just Give A Try

Hari ini penghitung waktu mundur di ponselku berbunyi-bunyi, memampang sebaris tulisan "60 days left get your fucking novel done!!!" Dengan tiga tanda seru. Iya tiga dan dengan kata-kata menyumpah. Aku juga menempel tembok working spaceku dengan kata hujatan lainnya. Hanya untuk meremehkan diriku yang begitu malas dan menunda terlalu banyak, sehingga rasanya diperlukan kata-kata hujatan. 

Minggu lalu dengan segala kejenuhan yang terkumpul di satu titik yaitu di kamar kosku, jari-jari ini iseng mencari info lomba menulis novel tahun 2017. Mana tau bisa jadi teman pengusir jenuh saat skripsian. Sama sekali tidak berharap untuk menemukan lomba apa pun dari penerbit mayor atau penerbit indie mana pun, tapi rupanya Tuhan telah menggerakkan hati salah satu penerbit indie untuk merespons kebutuhan bocah semacam aku ini. Aku sudah menulis sebelum penerbit mana pun mengadakan lomba, tapi aku butuh deadline yang benar-benar deadline. Tenggat waktu yang datang secara eksternal sehingga punya kesan lebih memaksa. Jenis deadline dengan penghargaan yang jelas pula. Lumayan menyenangkan daripada sekedar setting waktu untuk diri sendiri dan cari-cari penghargaan dari diri sendiri.

Jadi, ada lomba dari Penerbit Hanami. Penerbit Indie yang akan merayakan ulang tahunnya yang kedua dan sedang mencari penulis pemula yang masih berkutat dengan masalah regulasi diri untuk bisa menyelesaikan tulisannya. Penerbit indie yang (setelah kucari tau) rupanya tahun lalu juga mengadakan lomba untuk ulang tahun mereka yang pertama, tapi bukan lomba menulis novel, melainkan lomba puisi yang diikuti lumayan banyak orang. Hadiahnya adalah plakat penghargaan dan paket buku Penerbit Hanami. Masa bodoh dengan hadiahnya. Yang kubutuhkan hanyalah deadline yang nyata untuk menyelesaikan novelku. Itu saja. 

Pengalamanku menulis novel tiga tahun lalu untuk lomba dari sebuah penerbit, agaknya lumayan bikin cemas. Karena ketika novel sudah selesai dan sudah kirim ke si penerbit yang mengadakan lomba itu, si penulis pemula yang membaca ulang novelnya sendiri ini lalu mendengus "what the hell is this? Anjir gue nulis apaan tadi. Jelek amat!" Dan seketika itu pula muncul keyakinan penuh bahwa si penerbit bahkan tidak perlu membaca naskah secara keseluruhan untuk membuang karyaku. Okee. I knew it. I KNEW IT! Tapi itu tiga tahun yang lalu. Ketika aku menulis dengan lebay dan dengan pengaruh arus ke-korea korea-an. Ya mungkin tahun ini (dan akan jadi tahun depan) tidak akan seburuk apa yang terjadi tiga tahun lalu. Semoga saja. Let's give a try!!
Share:

1 comment:

  1. Hmmm....life is somehow needs pressure to gain much better in greater of grestest of all. Never give up...Kalista!

    ReplyDelete