July 16, 2016

Pengemis Biadab



15 Juli 2016

Hari ini ke Menara Kudus, berbondong-bondong dengan penghuni KKN desa sebelah, seperti turis nyasar. Yang istimewa bukan tentang menara Kudus, karena seperti kebanyakan wisata religi, datang, duduk dengan surat yasin, baca nyaring atau tidak, doa doa, lalu selesai. Yang istimewa adalah para pengemis yang mengemis seperti tukang palak terganas se-Indonesia Raya. Spesies pengemis yang belum pernah kutemukan di belahan bumi mana pun. Para turis yang baru merasakan kedamaian setelah baca doa-doa dari dalam Menara Kudus, mendadak jadi emosional setelah bertemu para pengemis biadab itu. Pengemis yang mepet-mepet, senggal-senggol, bicara bukan seperti mengemis tapi seperti tukang rampok menodong korbannya pilih harta atau nyawa. 

Para pengemis itu berjajar-jajar di pinggir jalan, duduk-duduk sok lesu lunglai sebelum melihat turis-turis penuh cahaya surga yang langsung bikin mereka berdiri tegak dengan sehat, lalu dempet-dempetan minta duit, pura-pura tidak dengar penolakan para turis yang tahan-tahan diri agar tidak menyembur wajah mereka yang menjijikan itu dengan makian. Malah mereka yang memaki setelah ditinggal target pemalakan mereka. Batinku mengomel, mengutuk tiap langkah kaki dan kata-kata mereka yang merusak kesucian Menara Kudus. Mengutuk setiap sentuhan mereka ke para turis, setiap jengkal bokong mereka yang duduk-dudukan di tanah Menara Kudus, dan mengutuk balik kutukan mereka terhadap turis yang bodo amat dengan kehadiran mereka. Dasar pengemis biadab.

“Ngekei receh wae rak gelem.” Salah satu pengemis memaki sambil merengut-rengut, melotot pada punggung salah satu turis yang berlalu begitu saja di hadapannya. Jenis rengutan dan keluhan yang membuatku mendoakannya semoga tercebur ke panasnya api neraka jahanam. Aku tidak tahu siapa yang bertanggung jawab terhadap kehadiran mereka. Mereka seharusnya digeret paksa menyingkir dari kesucian doa-doa dan para pedagang oleh-oleh itu, mereka harusnya diangkut lalu direhabilitasi, mereka harus bertanggung jawab terhadap abnormalitas yang mereka bawa ke masyarakat. Terlebih ke tempat wisata yang jadi bahan jualannya orang Kudus. Seharusnya mereka ditutupi pakai kain hitam supaya tidak terlihat busuknya di mata para turis, biar orang Kudus saja yang tau. Entah mau diapakan mereka setelah dipakaikan kain hitam itu. Terserah warga Kudus. Yang jelas pengemis biadab itu harus hilang dari Menara Kudus.  
Share:

0 comments:

Post a Comment