July 14, 2016

Lebaran Kupat



13 Juli 2016

Hari ini lebaran kupat. Mas Harun datang, membuat yang belum sepenuhnya ingin beraktivitas bergegas sempoyongan motoran ke musola terdekat. Kami bangun tidur dengan bayangan wangi-wangi kuah ketupat yang dibawa dalam baskom-baskom kecil dari warga seluruh penjuru Desa Kaliwungu. Tidak hanya membaca takbir, salawat, dan doa-doa, warga yang datang juga mendekap sesuatu berbungkus kain serupa kerudung segiempat yang kayaknya agak berat. Mereka bawa satu dua, lalu duduk di musola ikutan doa-doa sebelum bungkusan itu dibuka dan menyeruaklah wangi yang tadi kami bayang-bayangkan. Tadinya malu-malu, tapi melihat binar-binar dari ayam dan daging yang berenang-renang di kuah ketupatnya, kami lupa dunia, lupa ada di antara warga, dan yang diet lupa diet.

Mereka berbondong-bondong membawa ketupat, daging, dan kuah terbaik dari rumah. Kuah dengan wangi termenggoda, daging dengan binar tersilau, dan ketupat dengan tekstur terpulen. Mereka membawa bukan untuk diri mereka sendiri, tapi untuk yang lain supaya bisa memuja muji masakan mereka lalu saling icip kuah satu sama lain, menawari satu sama lain untuk tambah lagi ketupat dan lauknya. Setelah itu mereka bersalaman dan meninggalkan musola dengan senyum sumringah akibat perut buncit. Mereka membawa pulang bungkusan baskom-baskom yang isinya sudah kopong. Alhamdulillah. Nikmat lebaran kupat mana lagi yang kau dustakan?  

Hari kedua KKN yang menyenangkan, seharian kami buncit gara-gara ketupat, Bu Kades masak kupat yang katanya baru pertama kali, tapi enaknya sampai bikin kami goyang-goyang. Yang tadinya mau makan sesuap jadi makan bersuap-suap, yang tadinya mau numpang makan sama yang lain, jadi ambil piring sendiri lalu rebutan daging. 

Mungkin memang sudah tidak di rumah, memang sudah terlalu jauh dari acara-acara lebaran di rumah yang kebahagiaannya terlalu menggebu-gebu, memang terlalu cepat pamit dari rumah padahal masih suasana lebaran, tapi memang tidak salah cari rumah-rumah yang lain agar makin sayang dengan rumah yang asli. Agar makin ingat dengan aroma masakan rumah dan kumpul-kumpul menggemaskan yang bikin siapa pun ingin tambah isi piring meski sudah kenyang. Agar makin ingat kalau kebahagiaan masih sangat dekat, tinggal liat perut buncit akibat sulum ini itu, nah di situlah kebahagiaan. Kenyang dan kumpul-kumpul. Tambah ini itu sampai gendut. Lalu lempar-lemparan siapa yang harus cuci piring setelahnya.
Share:

0 comments:

Post a Comment