13 Juli 2016
Hari ini lebaran kupat. Mas Harun datang,
membuat yang belum sepenuhnya ingin beraktivitas bergegas sempoyongan motoran
ke musola terdekat. Kami bangun tidur dengan bayangan wangi-wangi kuah ketupat
yang dibawa dalam baskom-baskom kecil dari warga seluruh penjuru Desa
Kaliwungu. Tidak hanya membaca takbir, salawat, dan doa-doa, warga yang datang
juga mendekap sesuatu berbungkus kain serupa kerudung segiempat yang kayaknya
agak berat. Mereka bawa satu dua, lalu duduk di musola ikutan doa-doa sebelum
bungkusan itu dibuka dan menyeruaklah wangi yang tadi kami bayang-bayangkan. Tadinya
malu-malu, tapi melihat binar-binar dari ayam dan daging yang berenang-renang
di kuah ketupatnya, kami lupa dunia, lupa ada di antara warga, dan yang diet
lupa diet.
Mereka berbondong-bondong membawa ketupat,
daging, dan kuah terbaik dari rumah. Kuah dengan wangi termenggoda, daging
dengan binar tersilau, dan ketupat dengan tekstur terpulen. Mereka membawa
bukan untuk diri mereka sendiri, tapi untuk yang lain supaya bisa memuja muji masakan
mereka lalu saling icip kuah satu sama lain, menawari satu sama lain untuk
tambah lagi ketupat dan lauknya. Setelah itu mereka bersalaman dan meninggalkan
musola dengan senyum sumringah akibat perut buncit. Mereka membawa pulang bungkusan
baskom-baskom yang isinya sudah kopong. Alhamdulillah. Nikmat lebaran kupat
mana lagi yang kau dustakan?
Hari kedua KKN yang menyenangkan, seharian kami
buncit gara-gara ketupat, Bu Kades masak kupat yang katanya baru pertama kali,
tapi enaknya sampai bikin kami goyang-goyang. Yang tadinya mau makan sesuap
jadi makan bersuap-suap, yang tadinya mau numpang makan sama yang lain, jadi
ambil piring sendiri lalu rebutan daging.
Mungkin memang sudah tidak di rumah, memang
sudah terlalu jauh dari acara-acara lebaran di rumah yang kebahagiaannya
terlalu menggebu-gebu, memang terlalu cepat pamit dari rumah padahal masih
suasana lebaran, tapi memang tidak salah cari rumah-rumah yang lain agar makin
sayang dengan rumah yang asli. Agar makin ingat dengan aroma masakan rumah dan kumpul-kumpul
menggemaskan yang bikin siapa pun ingin tambah isi piring meski sudah kenyang. Agar
makin ingat kalau kebahagiaan masih sangat dekat, tinggal liat perut buncit
akibat sulum ini itu, nah di situlah kebahagiaan. Kenyang dan kumpul-kumpul. Tambah
ini itu sampai gendut. Lalu lempar-lemparan siapa yang harus cuci piring
setelahnya.
0 comments:
Post a Comment