January 8, 2018

Mawar Putih dalam Keberadaan



Selama lima tahun keberadaan kulkas di dapur seorang manusia, ia telah menjadi saksi bisu perjuangan bunga mawar putih dalam pot yang bertahta di atas si kulkas. Seharian ini, bunga mawar memekik-mekik pada manusia yang mondar-mondir di dapur, untuk setidaknya melihat keindahan kelopaknya. Manusia pertama tidak melihatnya. Manusia kedua ke dapur hanya untuk ambil air es dari kulkas. Manusia kedua ke dapur untuk makan siang sambil baca update dari akun gosip. Manusia ketiga ke dapur untuk mengejar kucing yang menggondol tulang ayam. Manusia keempat ke dapur untuk duduk sambil tenggelam dalam buku bacaannya. Satu kesamaan mereka. Tidak ada yang menyadari keberadaan si mawar putih. 

Suatu malam, saat keempat manusia itu telah terlelap, si mawar putih pun berkeluh kesah kepada kulkas. "Aku tahu aku hanyalah pajangan. Pajangan untuk mempercantik dirimu. Pajangan untuk memperindah seisi dapur ini. Tapi, manusia-manusia itu, tidak sekali pun menyadari bahwa aku ada di atas sini. Aku ada untuk disaksikan kecantikanku."

Kulkas memandang ke atas kepalanya. Ia menemukan si mawar putih berlinangan air matanya. Entah datang dari mana air-air itu. "Kau boleh masuk ke dalam tubuhku untuk bergabung dengan bahan-bahan makanan. Para manusia itu pasti akan menyadari kehadiranmu."

Si mawar putih berpikir. Baginya, ide itu tidak buruk juga. Tapi, tidak cukup bagus juga. "Apakah aku bisa bertahan di dalam tubuhmu yang dingin itu?" 

Kulkas mengguncang lembut tubuhnya. "Jangan kuatir, aku berani jamin bahwa tidak akan ada satu pun kelopak maupun daun dari tubuhmu yang menderita karena dinginku. Mereka justru akan senang dengan perubahan suhu dari suhu kamar ke suhu tubuhku."

Setelah menimbang beberapa saat, si mawar putih pun meloncat dari singgasananya dan si kulkas menangkapnya dengan membuka pintu, lalu membuka laci sayur-sayuran yang terletak paling bawah. Mawar putih pun mendarat dengan sempurna di dalam laci itu. Meski merasa agak kedinginan, ia tidak keberatan setelah membayangkan bahwa nanti pagi, para manusia akan menyadari kehadirannya. Si mawar putih sudah tidak tahan dengan dinginnya kulkas. 

Pagi yang dinanti-nanti pun tiba. Para manusia bangun, membuat sarapan, tapi tidak satu pun yang ingin sarapan dengan sayur mayur. Akhirnya, pagi ini laci sayur pun tidak ada yang membuka. Mawar putih pun masih bercokol di sana. Ia masih sabar menanti hingga siang hari. Biasanya manusia akan membuat sayur bening untuk makan siang. Ternyata pada siang hari pun tidak ada yang ke dapur. Semua manusia sedang sibuk di luar rumah, berkegiatan masing-masing. Kali ini, si mawar putih sangat yakin bahwa akan ada manusia yang membuat makan malam dengan sayur mayur. Biasanya untuk lalapan. Namun, para manusia ternyata memilih untuk makan dengan delivery order. Kulkas pun tak tersentuh. Hal serupa terjadi selama beberapa hari, hingga mawar putih mulai kehilangan cantik rupanya. 

Setelah menunggu selama empat hari empat malam, akhirnya seorang manusia membuka laci sayur mayur untuk membuat sayur sop. Terkejutlah ia karena menemukan mawar putih yang telah kecoklatan kelopaknya dan layu daun-daunnya. Tidak habis pikir bagi si manusia itu, bagaimana setangkai mawar bisa nyasar bersama sayur-mayur. Si manusia pun mengambil tubuh dingin mawar putih dan membuangnya ke halaman belakang, bersama rerumputan dan bebatuan dekat kolam ikan yang berisik bunyi airnya.

Dalam tidur panjang si mawar putih, ia pun tersenyum. Penantian panjangnya akhirnya berakhir bahagia. Setidaknya, pada detik terakhir kehidupannya, seorang manusia datang untuk menyadari keberadaannya. Menyadari keberadaan tubuhnya yang perlahan menjelma ketidakberadaan. Si mawar putih belajar satu hal, bahwa kesadaran terhadap keberadaan, tidak semata-mata harus hadir pada saat keberadaan itu  terjadi. Bukankah ketidakberadaan juga merupakan bagian dari keberadaan?
Share:

0 comments:

Post a Comment