January 5, 2016

2016


Hidup bukan tentang seberapa banyak pundi-pundi di saku celana dan baju. Bukan pula tentang seberapa banyak orang yang dijadikan teman hanya untuk ditinggal pergi. Apalagi tentang menginjak kepala orang lain yang belum tentu lebih hina dari yang menginjak kepala.

Hampir dua puluh tahun, hidup seorang gadis sudah berlangsung sejauh itu, tapi bisa saja ia egois lalu bilang seenaknya hidupnya sia-sia. Bisa saja ia sombong, lalu berhenti memberi nilai pada hidup. Pikiran-pikiran seenaknya berkeliaran seperti id yang selalu berkonflik dengan superego. Maka dari itu, tahun ini, gadis hampir dua puluh tahun itu, memutuskan untuk berkongkalikong dengan ego-nya untuk mendamaikan id dan superego. Jari-jarinya berlarian, menuliskan kata-kata di bawah ini.. 

Be more mature. Be more thankful. Be confident
Be more organized. Be strong like you don’t need anybody. Be rebellious
Take care of your stuff like a baby. Get hurt like crazy. Feel so much pain
Get bored liked everything makes you sick. Get failed like you’ll succeed tomorrow
Feel weak like you’ll be strong tomorrow. Do what you want
Expect things like you’re gonna reach them all. Read more. Write more

Mungkin ia lelah dengan target-target terukur angka seperti timbangan berat badan yang sudah ia tulis sejak tahun-tahun lalu, namun tak kunjung tercapai hingga tahun-tahun ini. Mungkin ia juga lelah dengan ketidakmampuannya melompat dan merangsak untuk meraih apa yang ia tulis sendiri. Mulanya ia lelah tanpa alasan, ia lelah hanya atas nama pembenaran bernama kemalasan. Namun kemudian ia menemukan satu hal yang sejak dulu mengintip jahat untuk menggagalkan semua tulisannya. Hal itu menyamar di balik nama "tanpa makna." Si "tanpa makna" ini rupanya membuat siapa pun yang bersamanya, menjadi lelah tak beralasan. Si "tanpa makna" ini juga membuat siapa pun yang bersamanya, meraih pencapaian tanpa bersyukur. 

Si gadis pun sadar bahwa ia harus meninggalkan si "tanpa makna" ini. Menguburnya dalam-dalam ke perut bumi, lalu mulai melangkah bersama si "dengan makna" yang sudah dari dulu minta dijemput, minta dibawa kemana pun si gadis pergi. Si gadis memutuskan, mulai tahun ini, ia tidak akan pernah lagi mengabaikan si "dengan makna" dan berjanji tidak akan kembali bersama si "tanpa makna." Ia yakin gelasnya akan segera terisi karena kini ia bersama "dengan makna." Gelas yang selama ini tanpa sadar ia biarkan kosong, tahun ini akan segera penuh dengan makna.
Share:

0 comments:

Post a Comment