December 5, 2015

Si Satu yang Mengajarkan


Lalu bagaimana dengan nasib satu yang sudah hampir digantikan oleh dua? Nasib satu yang akan segera ditinggalkan si empunya, setelah sepuluh tahun bersama? Satu pasti sangat bahagia selama ini. Ia bahkan membawa si empunya bepergian ke negeri orang. Ia membawanya ke perguruan tinggi yang bagus, dengan fakultas yang menyenangkan. Ia membawanya bertemu orang-orang yang memberi makna. Ia membawanya dari anak-anak menjadi remaja, dan mengantarkan si empunya menuju dewasa. 

Aku ingin berterimakasih pada satu. Satu lah yang mengajariku untuk tidak egois, mengajariku untuk tetap mencintai meski sempat membenci. Satu lah yang membuatku mandiri meski tak sepenuhnya mandiri. Satu lah yang mengajariku bahwa rumah akan selalu menjadi tempatku pulang. Satu lah yang mengajariku bahwa berpisah tak berarti jauh. Satu lah yang mengajariku bagaimana menjadi kuat dan menjadi lemah secara bergantian. Satu lah yang mengajariku tenang dan memaknai, meski sempat kalang kabut dan tanpa makna.

Sepertinya penting untuk menyadari apa yang selama ini tidak disadari. Bahwa waktu berlalu terlalu cepat. Tapi orang-orang kadang lupa untuk melihat lagi, dari awal hingga saat ini, apa yang telah mereka lakukan, apa yang belum mereka lakukan, mengapa mereka melakukan itu, dan mengapa mereka tidak melakukan itu. Menganggap apa yang berlalu biarlah berlalu, kemudian berlari untuk mengejar yang tak berlari, dan lupa berterimakasih pada apa yang sudah ditinggalkan

Kenapa harus menganggap setiap hari adalah awal yang baru
Jika masih berbekal hari kemarin untuk menuju esok
Kenapa misahkan kemarin, hari ini dan esok
Jika mereka sebenarnya tidak ingin dipisahkan
Kenapa tidak merangkul mereka semua, membuat mereka berdamai
Lalu bersama-sama bersenang-senang
Melangkah menuju impian yang dulu sudah pernah dibicarakan bersama

Share:

0 comments:

Post a Comment