December 11, 2015

Senang Saja


Gojek. Akhir-akhir ini aku selalu menikmati mengamati para pengemudi Gojek yang sering lalu lalang di Tembalang dan sekitarnya. Bahkan tadi sore, seorang pengemudi Gojek, mampir di Hangiri Sushi membeli pesanan untuk pelanggannya. Menghitung lembar demi lembar duit lecek yang keluar satu per satu dari kantong jaket Gojeknya. Bapak itu harusnya lelah. Tapi ia tidak membuat orang yang melihatnya ikut lelah. Ia membuatku nyengir (percayalah aku mengetik sambil nyengir). Harusnya bapak itu kepayahan, mungkin ia sudah mondar mandir berbagai tempat. Entah ia sudah makan apa belum. 

Entah uang yang ia pakai untuk beli sushi adalah uang pribadinya sendiri yang nanti diganti pelanggan, atau itu duit sangu dari bos. Entah bapak itu berpikir untuk menanti sushi selesai dibuat atau memikirkan kabar anak istri di rumah. Harusnya aku memberinya sushi, mungkin dia akan senang dan lupa pada lelahnya. Tapi rupanya aku menyikat habis semua.

Di lain hari, saat mengantri di Richeese Factory, dua orang bapak Gojek rupannya ikut mengantri dan mereka tak jauh di depanku. Mereka saling menyapa, saling menanyakan ke arah mana pesanan itu diantarkan. Saat salah satu selesai memesan, tinggal satu bapak Gojek lagi. Seorang pelanggan Richeese, rupanya penasaran dengan si bapak. Dengan senyum penuh sumringah, diceritakannya kemana saja ia sejak pagi. Aku lihat matanya merah, tapi aku juga lihat bibirnya ditarik menyungging senyum. Matanya bicara bahwa ia lelah, tapi bibirnya menunjuk betapa lelah itu menghasilkan senyum. 

Aku bisa saja menangis saking cengengnya. Aku bisa saja tiba-tiba sesenggukan karena terharu. Tapi aku punya ayam super pedas untuk disantap. Tangisku harus disimpan untuk respon pedas nanti. Bapak itu pergi dengan bungkusan saos keju. Mungkin lain kali aku harus memberinya ayam pedas dengan saos keju supaya dia tahu panas pedas dan gurih keju itu bagaimana rasanya.

Aku senang melihat orang-orang berjuang, aku senang melihat orang-orang bekerja, kepayahan, tapi masih bisa bercerita dengan senyum dan menghitung duit lecek penuh teliti, fokus. Aku senang membayangkan mereka akan pulang, bertemu keluarga yang menyambut mereka, lalu mereka lupa pada peluh dan lelah sepanjang hari. Keesokan paginya, mereka akan berangkat bekerja dengan senyum yang sama dengan senyum yang akan mereka bawa saat pulang. Entah. Aku hanya senang saja melihat perjuangan itu. Mungkin karna aku tidak mendapatkannya pada diriku sendiri.. aku tidak bisa berjuang dengan tekun sambil tetap tersenyum sumringah dengan garis-garis merah di mataku..
Share:

0 comments:

Post a Comment