September 15, 2015

Konsep Kebenaran dan Homo Homini Lupus


Pada beberapa hal, seseorang merasa bingung kenapa satu hal benar untuk dilakukan, tapi hal yang lain  tidak benar untuk dilakukan. Seseorang kadang menganggap, konsep benar salah akan selalu menjadi terlalu subjektif untuk dilaksanakan semua orang. Semua orang seharusnya bebas untuk melakukan apa pun yang benar menurut mereka. Kenapa harus memukul rata konsep kebenaran kepada sekian ratus kepala yang berbeda-beda? Bukankah perbedaan lahir bersamaan dengan lahirnya manusia ke muka bumi? Bukankah kita diajarkan untuk menoleransi perbedaan, termasuk perbedaan cara berpikir? Kenapa menghukum mereka yang berbeda?

Mungkin negara berusaha membuat benteng pertahanan diri dari mereka mereka yang berbeda konsep kebenarannya itu. Homo homini lupus. Manusia menjadi serigala bagi manusia lain. Manusia ingin hidup harmonis dalam perbedaan dengan manusia lain, namun serigala-serigala muncul merusak sistem ini. Karena mereka bukan manusia. Mereka serigala. Setidaknya negara menganggap begitu. Yang dilakukan negara adalah membunuh serigala-serigala ini agar manusia bisa bertahan hidup dengan perbedaan kemanusiaannya.

Memang agak kejam sepertinya mengumpamakan negara sebagai pembunuh. Negara punya senapan berpeluru yang mereka namai hukum, undang-undang, atau apa pun itu, untuk memburu si serigala yang hanya mengandalkan cakar mereka. Tapi serigala tak berkuasa, mereka tetap lapar dan tetap memangsa, mungkin ayam, sisaan potongan daging sapi mentah, atau sisa-sisa daging yang lain. Celakanya, di antara serigala itu, ternyata ada yang memangsa manusia, bahkan memangsa sesama serigala. Mereka menjadi kanibal. Bahkan peluru sering mental dan tidak menyakiti tubuh mereka. Si serigala pun memangsa sampai perut mereka buncit seperti babi. Mereka  bukan sekedar lapar, mereka juga serakah.  

Jadi, kita harus bagaimana? Ikut negara berburu serigala? Tapi serigala yang kebal peluru dan kanibal, rupanya bersembunyi di balik serigala yang sekedar lapar. Sulit untuk memburu serigala yang bersembunyi. Terlebih mereka juga pandai mengandalkan subjektivitas konsep kebenaran untuk menyembunyikan kanibalisme mereka. Lalu, apakah kita akhirnya akan diam saja? Seperti biasa..
Share:

1 comment:

  1. Wow.... kritik sosial berbentuk analogi yg dalam sekali

    ReplyDelete