October 20, 2016

Lihat Apa yang Akan Terjadi



14 Oktober 2016

Kupikir aku terlalu nyaman, saking nyamannya sampai lupa rasanya keluar dari ketidaknyamanan. Tidak sampai aku dapat telepon mendadak dari seseorang yang mengaku bernama Sonya, dengan suara super renyah memberi kabar dari ibu kota kalau aku adalah participant untuk sebuah leadership camp. Aku tidak kaget. Aku tau telepon semacam ini akan datang. Tadinya aku mau gegoleran saja di kamar sampai Oktober berakhir, atau mungkin sampai akhir tahun. Tapi si pemilik suara renyah itu mencegahku untuk melancarkan rencana prokrastinator ini.

Aku perlu setidaknya mengorek receh agak dalam supaya bisa bayar fee yang mereka minta. Tadinya aku mau tidak makan beberapa hari, tidak mengisi bensin motor beberapa minggu, atau tidak perlu laundry sampai bajuku benar-benar habis dan kupakai baju yang sama berkali-kali demi membayar apa yang perlu dibayar. Tapi seorang lelaki baik hati nan tampan rupawan kiriman surga bernama Ayah, mengucurkan serpihan recehnya padaku. Jadi, lagi-lagi rencanaku untuk menyengsarakan diri digagalkan. 

Aku pun berangkat ke tempat bertemperatur lebih manusiawi daripada Semarang bernama Bogor. Tidur sampai ngiler selama perjalanan 12 jam di bis, setelah menitipkan laundry seprai kepada Si Beip yang super inferior karena akan ditinggal Si Gadis selama tiga hari. Kami melambai-lambai sampai badanku berpindah tempat ke daerah tempat hujan abadi berguguran. Aku turun dari bis sambil plonga plongo, pandangan dan pendengaran yang serba buram akibat dengungan bahasa antah berantah. Entah aku turun di Sukasari, Sukamaju atau Sukamundur, atau suka suka yang lain. Naik angkot lalu berhenti di masjid. Mengurangi volume bak mandi, menambah gesekan lantai dan sajadah, serta tak lupa menyerap aliran listrik sampai ponsel jadi penuh. Membunuh waktu sampai para lelaki selesai solat Jumat, lalu aku ngesot sambil sayang-sayang semua bawaanku menuju Cimory Riverside Megamendung. 

Lalu aku sampai di tempat yang katanya jadi meeting point, lalu aku bertemu mereka, pasang senyum lebar-lebar, cekakak cekikik sok bahagia, sambil dalam hati meraung-raung minta rebahan di kasur. Pasti akan melelahkan. Tiga hariku akan terbang melayang, tenagaku akan diperas seperti sapi, isi kepalaku akan dikucek-kucek sampai bersih lalu dijemur dan dijadikan sate. Tapi kabar gembiranya adalah tidak hanya aku yang akan mengalaminya. Orang-orang yang tebar senyum ini juga akan merasakannya. Entah apa yang akan terjadi pada senyum itu dalam tiga hari kedepan. Kita akan segera tau.
Share:

1 comment: