14 Oktober 2016
Kupikir aku terlalu nyaman, saking nyamannya sampai
lupa rasanya keluar dari ketidaknyamanan. Tidak sampai aku dapat telepon
mendadak dari seseorang yang mengaku bernama Sonya, dengan suara super renyah
memberi kabar dari ibu kota kalau aku adalah participant untuk sebuah leadership camp. Aku tidak kaget. Aku
tau telepon semacam ini akan datang. Tadinya aku mau gegoleran saja di kamar
sampai Oktober berakhir, atau mungkin sampai akhir tahun. Tapi si pemilik suara
renyah itu mencegahku untuk melancarkan rencana prokrastinator ini.
Aku perlu setidaknya mengorek receh agak dalam supaya
bisa bayar fee yang mereka minta. Tadinya aku mau tidak makan beberapa hari,
tidak mengisi bensin motor beberapa minggu, atau tidak perlu laundry sampai
bajuku benar-benar habis dan kupakai baju yang sama berkali-kali demi membayar
apa yang perlu dibayar. Tapi seorang lelaki baik hati nan tampan rupawan kiriman
surga bernama Ayah, mengucurkan serpihan recehnya padaku. Jadi, lagi-lagi
rencanaku untuk menyengsarakan diri digagalkan.
Aku pun berangkat ke tempat bertemperatur lebih
manusiawi daripada Semarang bernama Bogor. Tidur sampai ngiler selama
perjalanan 12 jam di bis, setelah menitipkan laundry seprai kepada Si Beip yang
super inferior karena akan ditinggal Si Gadis selama tiga hari. Kami
melambai-lambai sampai badanku berpindah tempat ke daerah tempat hujan abadi
berguguran. Aku turun dari bis sambil plonga plongo, pandangan dan pendengaran
yang serba buram akibat dengungan bahasa antah berantah. Entah aku turun di
Sukasari, Sukamaju atau Sukamundur, atau suka suka yang lain. Naik angkot lalu
berhenti di masjid. Mengurangi volume bak mandi, menambah gesekan lantai dan
sajadah, serta tak lupa menyerap aliran listrik sampai ponsel jadi penuh. Membunuh
waktu sampai para lelaki selesai solat Jumat, lalu aku ngesot sambil
sayang-sayang semua bawaanku menuju Cimory Riverside Megamendung.
Lalu aku sampai di tempat yang katanya jadi meeting point, lalu aku bertemu mereka,
pasang senyum lebar-lebar, cekakak cekikik sok bahagia, sambil dalam hati
meraung-raung minta rebahan di kasur. Pasti akan melelahkan. Tiga hariku akan
terbang melayang, tenagaku akan diperas seperti sapi, isi kepalaku akan dikucek-kucek
sampai bersih lalu dijemur dan dijadikan sate. Tapi kabar gembiranya adalah
tidak hanya aku yang akan mengalaminya. Orang-orang yang tebar senyum ini juga
akan merasakannya. Entah apa yang akan terjadi pada senyum itu dalam tiga hari
kedepan. Kita akan segera tau.
Geez
ReplyDelete