Kami tiba di kota yang naik-turun tanahnya memabukkan, lalu terlelap di dua kamar hotel bintang dua yang bau apaknya tak kunjung hilang. Paginya, kami yang baru menikah, cek darah, paru-paru dan mata di rumah sakit demi diijinkan masuk ke Australia bulan depan. Lalu, kami—dua pasang suami istri—lapar, sarapan dan jalan-jalan.
Suami istri yang lebih tua—masing-masing setengah abad usianya itu—mengikik sambil saling cubit. Kami—yang lebih muda setengahnya—ikut mengikik, menonton mereka sembari berfoto ribuan kali. Suami istri itu bukan orangtuaku—bukan nama mereka yang ada di akta kelahiranku—tapi mereka mengirimkan kado pernikahan yang diiringi sepucuk ucapan berawalan,
"Untuk, anakku sayang."
Ucapan singkat, tapi menyebabkan air mata berhamburan. Ucapan itu kini bersemayam di dompet kelabu yang kudapat dari suvenir pernikahan orang lain, bersama ucapan-ucapan lainnya yang kuterima pada pernikahan kami.
Siang itu, kami jalan-jalan di kota terlama se-Semarang. Makan es krim 8.000-an, menelusuri trotoar di bawah terik, tanya-tanya polisi pariwisata perihal titik ter-instagrammable, lihat-lihat isi gereja termegah, lalu berteduh di kedai kopi untuk minum es teh leci dan makan pisang goreng. Setelah terik agak tidak terlalu terik, pasangan itu meninggalkan kami yang muda di tepi jalan. Mereka ingin melanjutkan perjalanan ke kota lain, begitu pula dengan kami.
Namun, pada siang terik itu, setelah beberapa tawa yang pecah akibat lelucon di sepanjang jalan dan beberapa tawa lainnya di sudut gedung terbengkalai di Kota Lama, kami tau kami sama-sama akan mengingat hari ini dan saling puji. Betapa hebat dan hangat hadirnya kami bagi satu sama lain. Kota Lama dengan segala kemegahannya pun mengangguk setuju khidmat, telah disaksikannya kelimpahan sayang, tawa, dan nikmat yang kami tukar.
"Makasih, Om dan Tante," begitu ujarku sambil menyalimi mereka, sebelum kami berpisah.
Bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk segala sayang dan hangat yang menyertai hadirnya mereka sejak kami pertama bertemu.
"Hati-hati di jalan," tambahku.
Teriknya Kota Semarang dan seisinya pun mengamini, turut mendoakan keselamatan bagi mereka.