Aku pikir aku mengerti, ternyata
tidak sama sekali. Aku pikir aku bisa bertanya lalu mengobservasi dan mengerti
segalanya, tapi ternyata tidak sama sekali. Aku berusaha, pura-pura bijak,
tidak men-judge, mendengarkan dengan tidak
sekedar mendengar, namun rupanya aku tidak mengerti juga. Terkadang aku
membangun tembok empati yang ketinggian agar bisa membayangkan menjadi dirinya,
tapi aku takut bayanganku dibilang sok tau, jadi kuputuskan untuk benar-benar tidak
mengerti. Aku ingin berpikir dengan caranya berpikir, namun aku tidak tahu
caranya mewujudkan keinginan tersebut kecuali isi kepala kami benar-benar
ditukar. Aku ingin merasakan seperti caranya merasa, melihat orang lain seperti
caranya melihat, tapi sama saja, aku tidak dapat benar-benar mengalaminya
kecuali perasaan dan pandangan kami ditukar.